IM.com – Selain Vanessa Angel (VA) dan AS (Avriellia Shaqqila), dua ES dan TN ternyata masih mengoleksi 45 artis dan 100 model dewasa lain yang diperdagangkan melalui online (daring). Pelanggannya pun lintas kalangan, dari pengusaha hingga pejabat dalam hingga luar negeri.
Identitas ratusan selebritis pemuas libido binaan ES dan TN beserta tarifnya telah dikantongi polisi. Para artis ini bahkan siap melayani lelaki hidung belang di luar negeri, tentu dengan tarif yang berbeda.
“Pemesanan dari luar negeri ada, kita dapatkan dari luar negeri. Semuanya dengan menggunakan digital (online),” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan di Mapolda Jatim.
ES dan TN ikut diciduk jajaran Subdit Cyber Crime Polda Jatim saat penggerebekan Vanessa dan Avriellia di sebuah hotel bintang lima, Sabtu siang (5/1/2019). Keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka, sementara dua mucikari lain masih berstatus buronan.
Hal ini dibenarkan Kasubdit V Cyber Crime AKBP Harissandi. Ia mengatakan, banyak juga pelanggan asal Indonesia tetapi minta dilayani di luar negeri.
“Misalnya, pelanggan dari Indonesia minta si artis dibawa ke Hongkong. Ya mungkin, takut ketahuan kalau di Indonesia. Jadi dibawa ke sana. Ada WNI, ada WNA juga,” kata Harissandi.
Harissandi menyebut, para artis dan model yang dikoleksi jaringan mucikari ini terbukti mendapat pesanan untuk layanan kencan ke Hongkong dan Singapura.
“Kalau ke sana (Hongkong dan Singapura), dibooking selama tiga hari dan tarifnya bisa mencapai Rp 300 juta,” terang Harissandi.
Menurut Harissandi, pelanggan yang menggunakan jasa layanan seksual dari para artis ini dari berbagai kalangan, meski paling banyak adalah pengusaha. Salah satunya adalah Rian, pengusaha yang berani merogoh kocek Rp 80 juta untuk menikmati layanan seks Vanessa Angel di Surabaya.
Pengusaha 45 tahun ini,
dikenal sebagai pebisnis sukses. Selain memiliki usaha tambang pasir di
Lumajang, ia juga memiliki banyak usaha di bidang lain.
“Usahanya banyak, ya salah satunya di Lumajang itu. Dia
masih bujang dan keturunan Tionghoa. Sering bolak-balik Surabaya-Jakarta. Tapi
KTP-nya ikut Jakarta,” kata Harissandi.
Harissandi juga tidak menampik ada pelanggan dari kalangan
pejabat. Namun, dia enggan membeberkan siapa saja pelanggan yang pernah memesan
layanan prostitusi ini.
“Kebanyakan dari pengusaha. Kalau itu (pejabat, red) ada
juga. Saya tidak tahu detailnya, pokoknya ada-lah,” katanya. (sun/im)