IM.com – Sebelum adanya listrik dan lampu elektrik seperti saat ini, masyarakat zaman dulu memakai lampu berbahan bakar minyak tanah sebagai penerangan di rumah. Bagaimana jadinya bila lampu kuno yang oleh masyarakat Jawa biasa disebut Damar Oblek itu dibuat versi otomatis?
Ya! Itu lah yang menginspirasi Hariyanto (34) membuat lampu layaknya damar oblek, lampu elektrik ini hanya bisa dinyalakan dengan korek api. Cara mematikannya pun bisa dengan ditiup seperti mematikan lilin. Anda penasaran?
Hariyanto tinggal bersama kedua orang tuanya, pasangan Ali Sudirman (62) dan Suntini (60) di Dusun Bulak Kunci, Desa Nogosari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kampung di lereng Gunung Welirang ini cukup terpencil. Untuk mencapainya, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari Kota Mojokerto. Selain jalan yang naik turun khas pegunungan, sinyal internet belum menjamah kampung ini.
Ditemui di rumahnya yang sederhana, Hariyanto memperagakan cara kerja lampu pintar buatannya. Bentuk lampu yang satu ini sebenarnya lebih mirip dengan lampu tidur yang biasa diletakkan di atas meja. Hanya saja kerangkanya terbuat dari kayu jati dan menggunakan lampu pijar.
“Saya terinspirasi lampu tradisional oblek, saya punya angan-angan kalau bikin versi elektronik kira-kira laku atau tidak. Saya ingin membuat produk yang unik,” kata Hariyanto mengawali peragaan lampu unik tersebut, Selasa (20/12/2016).
Lampu indikator pada bagian bawah bodi lampu pintar menyala biru dan kuning ketika kabel colokan dihubungkan ke soket listrik. Sama dengan damar oblek, terdapat tombol putar untuk memperterang atau meredupkan cahaya lampu. Setelah Hariyanto mengatur pada posisi terang, dia lantas menyulut bola lampu pijar dengan korek api gas.
Seketika lampu unik itu menyala terang. “Memakai korek api gesek juga bisa. Lampu ini menyalakannya hanya dengan korek api,” ujarnya.
Menurut Hariyanto, kemiripan dengan damar oblek memang pada cara kerja lampu. Jika menyalakannya harus dengan korek api, mematikannya pun bisa dengan meniup bola lampu pijar dari jarak 10 centimeter. Sama halnya ketika nenek kita dulu mematikan damar oblek.
Tak hanya itu, lampu pintar buatan Hariyanto ini bisa juga dimatikan dengan diteriaki “Mati”. Atau bisa juga dengan cara manual, menggulir tombol putar ke kiri hingga lampu pijar mati.”Supaya bisa bekerja seperti itu, saya memasang sensor khusus pada lampu,” cetusnya.
Namun, siapa sangka kalau pencipta lampu pintar ini hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD). Hariyanto lulus SDN Mojokembang tahun 1995. Sejak saat itu, dia tak melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang SMP. Jauhnya akses pendidikan di kampungnya membuat anak ke dua dari dua bersaudara ini enggan bersekolah. Tak ayal dia butuh waktu sekitar setahun untuk menyempurnakan lampu pintar.
“Jadi saya belajar elektronik dari bapak saya. Bapak saya mahir di bidang elektronik,” tuturnya.
Meski diklaim belum ada di pasar, Hariyanto mengaku belum banyak orang yang melirik buah karyanya itu. Menurut dia, sejauh ini hanya Bupati Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa dan eks Camat Pacet yang mempunyai lampu tersebut. “Lampu ini kalau saya jual Rp 575 ribu. Yang membuat mahal sensornya, khususnya sensor tiup yang belum ada di pasar, saya atur sendiri,” tandasnya.
Ali Sudirman, ayah Hariyanto berharap, pemerintah atau pihak swasta bersedia membantu anaknya untuk mengembangkan lampu pintar agar menjadi bisnis yang menguntungkan.”Saya berharap ada bantuan modal karena untuk membuat lampu ini butuh biaya besar. Selain itu juga dibantu pemasaran,” tandasnya. (bud/uyo)