IM.com – Anggota Bank Sampah yang terdiri dari sekelompok ibu-ibu di Kota Mojokerto memanfaatkan limbah sampah rumah tangga. Limbah sampah berupa koran bekas, kantong plastik, botol plastik dan lainnya dibuat menjadi berbagai barang layak jual.
Limbah rumah tangga tersebut dibuat berbagai produk yang tak kalah dengan buatan pabrik. Mulai dari tempat tisu, lampion, toples hingga tempat minum dengan nilai ekonomis. Dengan harga mulai Rp25 ribu hingga mencapai puluhan ribu rupiah.
“Limbah sampah yang Kit manfaatkan tersebut berasal dari TPA Randegan maupun bank sampah cabang,” ungkap, salah satu anggota bank Sampah Induk TPA Randegan, Wulandari (43), Kamis (19/10/2017).
Masih kata Wulandari, di Kota Mojokerto, ada 104 bank sampah cabang tersebar di tiga kecamatan yakni Magersari, Kranggan dan Prajuritkulon. Lokasi pembuatan berbagai barang layak jual tersebut dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari.
“Tapi tidak harus dibuat di sini, terkadang juga buat di rumah masing-masing. Dari beberapa jenis limbah sampah, yang paling sulit membuat barang dari bahan baku gelas plastik karena ada satu metode yang sangat diperhatikan,” ujarnya.
Wulandari menjelaskan, metode dalam pembuatan barang layak jual dari bahan baku gelas plastik tersebut yakni melilit ring mony atau gelang gelas plastik. Karena menurutnya, jika tidak rapi dalam pengerjaannya maka hasilnya kurang bagus.
“Tarikan dan kerapian juga harus diperhatikan sehingga menghasilkan barang yang diinginkan. Kita juga memberikan pendampingan dan bimbingan, sebelum mereka membuat sendiri. Tujuannya agar hasilnya bagus dan memiliki nilai layak jual,” urainya.
Anggota juga mengedukasi ke masyarakat jika sampah itu bisa menghasilkan uang jika dimanfaatkan dengan baik. Tujuannya tidak lain selain untuk mengurangi penumpukan sampah juga memperoleh nilai layak jual.
Sementara itu, Direktur Bank Sampah Induk TPA Randegan, Riani menambahkan, jika dari beberapa jenis limbah sampah yang banyak dimanfaatkan yakni sampah plastik. “Karena limbah plastik lebih banyak didapatkan di TPA dan sampah plastik tidak dapat diurai,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Riani, tujuan untuk meminimalisir menumpuknya limbah plastik. Saat ini produk yang dihasilkan anggota Bank Sampah sering ikut dalam sejumlah bazar maupun pameran dan setiap anggota menjual di media sosial (medsos) masing-masing.(ning/uyo)