IM.com – Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Randegan di Kelurahan Kedundung, Magersari, Kota Mojokerto kini menjelma menjadi wahana rekreasi yang indah. Tak ada lagi kesan kumuh maupun bau busuk di tempat ini. Tak ayal warga Kota Onde-onde betah untuk berkunjung ke TPA yang satu ini.
Berbagai kegiatan pun digelar oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto untuk mempromosikan TPA Randegan sebagai wahana wisata edukasi. Salah satunya fashion show recycle festival yang diselenggarakan Sabtu (21/10) pagi. Ya, sesuai dengan tempatnya, fashion show kali ini khusus memperagakan busana dari bahan daur ulang sampah.
Hamparan taman yang hijau di dalam TPA Randegan disulap menjadi catwalk. Di atas karpet merah sepanjang 30 meter itu, sedikitnya 200 pelajar di Kota Mojokerto saling unjuk gigi bak peragawati. Mereka berlenggang di atas catwalk memamerkan busana karya mereka yang artistik. Tak hanya pelajar usia remaja, anak-anak usia balita juga tak mau ketinggalan.
Masing masing model mengusung tema busana berbeda. Mulai dari tema alam, peri, burung garuda, millennium hingga tema Majapahitan. Namun, siapa sangka aneka busana yang indah dan unik itu berbahan dasar sampah. Ada yang menggunakan bekas bungkus deterjen, bekas bungkus minuman sacet, tutup botol, ada pula yang memanfaatkan bekas karung beras.
Salah seorang peserta fashion show recycle festival Dhania Ariska (14) mengatakan, busana yang dia peragakan kali ini mengusung tema peri. Ditunjang dengan tata rias yang ciamik, remaja putri ini menjelma bak seorang peri. Setidaknya dia butuh waktu seminggu untuk merangkai seribu bekas bungkus deterjen menjadi busana peri lengkap dengan mahkota dan tongkat saktinya.
“Juga saya kembangkan dengan batik rengkik khas Kota Mojokerto menjadi peri bijak pelopor lingkungan hidup. Tema ini untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat agar Kota Mojokerto bebas dari sampah,” katanya kepada wartawan usai fashion show.
Busana yang diperagakan Nadia (14) juga tak kalah unik. Siswi SMP PGRI 1 Kota Mojokerto ini memilih menggunakan koran bekas sebagai bahan dasar busananya. Selain mudah didapat, koran bekas juga belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi produk yang bernilai ekonomi. Busana dari koran bekas itu nampak artistik setelah dipadukan dengan pernak-pernik dari bekas bungkus minuman sacet.
“Saya memakai tema milenium agar nampak lebih modern,” ujarnya.
Kemeriahaan fashion show recycle festival ini membuat kagum Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus. Didampingi Kepala DLH Amin Wachid dan Ketua DPRD Kota Mojokerto Febriana Meldyawati, pejabat yang akrab disapa Yai Ud ini nampak menikmati keindahan busana karya pelajar Kota Mojokerto.
Mas’ud berharap, kegiatan fashion show recycle festival ini mendukung proram TPA menjadi wahana rekreasi keluarga sekaligus jujukan wisata edukasi, baik bagi warga Kota Mojokerto dan warga daerah di sekitarnya. Dengan begitu, TPA bukan lagi tempat yang harus dijauhi masyarakat karena kumuh dan bau tak sedap. Namun, justru menjadi tempat bersosialisasi bagi masyarakat sekaligus menumbuhkan rasa peduli terhadap kebersihan lingkungan dan manfaat sampah.
“Generasi muda kita supaya peduli dengan sampah, mengelolanya menjadi barang yang bernilai ekonomi dan layak jual,” terangnya.
Selain diharapkan menjadi ikon Kota Mojokerto, tambah Mas’ud, TPA Randegan juga diharapkan meningkatkan industri kreatif di masyarakat. “Di sisi ekonomi, di Kota Mojokerto masyarakat sudah memanfaatkan bank sampah untuk membayar pajak, membayar listrik dan pembelian sembako dari uang hasil pengelolaan sampah,” tandasnya.
Sementara Kepala DLH Kota Mojokerto Amin Wachid menuturkan, luas area TPA Randegan saat ini 2,6 hektare. Sekitar 40% dimanfaatkan untuk fasilitas pembuatan pupuk kompos, pengolahan air lindi dan ruang terbuka hijau. Sementara sisanya digunakan untuk pengolahan sampah dengan sistem controll landfill. Rata-rata dalam sehari, TPA ini mampu menampung 165 meter kubik sampah dari seluruh wilayah Kota Mojokerto.
Dalam sebulan TPA Randegan menghasilkan 200-300 kantong pupuk kompos. Setiap kantong seberat 1 Kg. Pupuk itu dibagikan secara gratis kepada sekolah dan RT/RW se Kota Mojokerto.
“Arir lindi kami olah menjadi biogas berupa gas metan. Kami salurkan ke 20 rumah tangga di sekitar TPA,” paparnya. (kus/uyo)