IM.com – Utang Luar Negeri Indonesia pada kuartal II 2018, sedikit menurun sebesar 5,5 persen dibandingkan akhir kuartal I 2018. Bank Indonesia mencatat, ULN akhir kuartal II 2018, tercatat sebesar 355,7 miliar USD atau Rp 5.101 triliun (kurs Rp 14.341 per dolar AS). Sedangkan ULN pada akhir kuartal I 2018, sebesar 358,7 miliar USD.
Walau demikian, penurunan utang secara tahunan sedikit melambat dibanding kuartal I 2018 yang bisa turun hingga 8,9 persen. Perlambatan ini terjadi, baik pada ULN sektor pemerintah maupun ULN sektor swasta.
“Menguatnya dolar AS dan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok turut memengaruhi fluktuasi di pasar SBN domestik. Namun, pengelolaan fiskal oleh Pemerintah mampu meredam tekanan global tersebut. Di samping itu, pemerintah menargetkan pemenuhan pembiayaan APBN lebih banyak bersumber dari pasar domestik,” tulis laporan BI.
ULN sebesar Rp 355,7 miliar USD terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 179,7 miliar USD, serta utang swasta sebesar 176,0 miliar USD. Untuk ULN pemerintah, BI menyebutkan, pada akhir kuartal II 2018, tumbuh 6,1 persen (yoy), melambat dibandingkan kuartal I 2018, sebesar 11,6 persen (yoy) menjadi sebesar 176,5 miliar USD. Yang terbagi dari Surat Utang Negara (SUN) dan SBSN/Sukuk Negara milik non-residen sebesar 122,3 miliar USD dan pinjaman dari kreditur asing sebesar 54,2 miliar USD.
Adapun untuk ULN swasta tumbuh melambat, terutama pada ULN sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA). Pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA pada kuartal II 2018, masing-masing tercatat sebesar 1,1 persen (yoy) dan 16,1 persen (yoy). Lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2 persen, relatif sama dengan pangsa pada triwulan sebelumnya.
Berkaca pada data tersebut, BI menilai, struktur ULN total pada kuartal II 2018, tetap terkendali dalam level yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2018, yang stabil di kisaran 34 persen. Rasio tersebut dikatakan masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers.
Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir kuartal II 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,6 persen dari total ULN.
“Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah, terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” demikian BI. (vin/im)