IM.com – Komite Eksekutif (Exco) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tengah mengevaluasisikap dan kinerja sang ketua umum, Edy Rahmayadi. Sembari itu, Exco meminta Edy tetap bijak dan tidak mengeluarkan komentar kontroversial menanggapi derasnya desakan publik pecinta sepakbola yang memintanya mundur dari kursi Ketua Umum PSSI.
Exco rupanya terus memantau setiap gerak gerik Edy Rahmayadi, terutama saat memberi pernyataan ihwal jebloknya penampilan tim nasional di berbagai kategori usia. Menurut Exco, ada beberapa faktor yang menyebabkan Edy Rahmayadi kerap komentar kontroversial.
“Kami menyikapinya dengan melakukan evaluasi di rapat komite. Akan digelar Desember 2018,” tutur Anggota Exco PSSI, Papat Yunisal di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Evaluasi ini bisa menjadi jalan menuju pelengseran Edy dari kursi Ketuam PSSI. Senyampang itu, Papat meminta Edy bisa mengendalikan emosinya saat menghadapi tuntutan mundur dan komentar miring publik terhadapnya.
Papat menganggap desakan tersebut wajar mengingat peforma buruk timnas di berbagai level. “Masyarakat memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat. Saya berharap Pak Edy bijaksana menanggapi situasi saat ini,” kata Papat.
Seperti diketahui, desakan mundur terhadap Edy terus mengalir. Teriakan-teriakan “Edy Out” oleh suporter Indonesia pun kerap terdengar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, ketika timnas bertanding maupun menjadi trending topic tagar di media sosial.
Tuntutan mundur itu tak lepas dari peforma buruk timnas di semua level yang gagal mencapai target. Capaian timnas senior bahkan bisa dikategorikan yang terburuk, gagal lolos dari fase grup di Piala AFF 2018.
Sedangkan timnas U-23 gagal mencapai target meraih medali emas SEA Games 2017 dan menduduki peringkat empat besar Asian Games 2018. Hansamu Yama dan kawan-kawan hanya mendapatkan medali perunggu dan melaju hingga babak 16 besar di Asian Games 2018.
Sementara timnas U-19 juga gagal mewujudkan harapan untuk menembus semifinal Piala U-19 Asia 2018. Tiket melaju ke Piala Dunia U-20 melayang usai dikalahkan Jepang di perempat final.
Ironisnya, Edy saat ditanya wartawan ihwal kegagalan timnas malah balik menyudutkan media. Ia juga sempat menghindari cecaran wartawan dengan dalih sedang lelah.
“Kalau wartawannya baik, timnasnya nanti baik,” jawab Edy. Komentar Gubernur Sumatera Utara ini langsung viral di media social danmenuai cibiran.
Bahkan di laga terakhir Grup B Piala AFF 2018 Timnas kontra Filipina, Minggu (25/11), suporter Indonesia mencuplik komentar Edy “wartawan harus baik” untuk lirik yel-yel mereka.
Anggota Exco lainnya, Gusti Randa mengingatkan agar Edy jangan sembarangan lagi melontarkan komentar kontroversial.
“Tak perlu mengeluarkan pernyataan yang tidak dikuasai oleh Ketua Umum. Lebih baik silakan bertanya ke yang lain. Misal untuk regulasi, tanya komite hukum. Bagaimana dengan Luis Milla, silakan tanya Sekretaris Jenderal,” tutur Gusti Randa.
Gusti menyuarakan agar evaluasi kinerja Edy masuk agenda Kongres Tahunan PSSI pada 20 Januari 2019. Penilaian nantinya tidak cuma menyoal rangkaian blunder Edy dalam memberikan pernyataan publik, tetapi juga bagaimana kinerjanya sejak selama menjadi orang nomor satu di federasi.
“Enak kalau begitu. Ini enggak. Ditanya Timnas Indonesia gagal, dia malah jawab wartawan harus baik. Itu tidak ada koordinasinya. Mungkin (Edy) banyak pikiran saat ditanya, tetapi jangan blunder terus,” ujar Gusti lagi.
Keinginan untuk mengevaluasi Edy, lanjut Gusti, juga didasarkan pada desakan masyarakat yang membanjiri berbagai forum langsung maupun melalui media sosial dengan tagar #EdyOut yang menjadi trending.
“Harus ada koreksi. Kritik masyarakat bukan hoaks, ini nyata dan menjadi bola salju. Kalau ada demo masyarakat, Kongkres PSSI bisa tidak dapat izin. Organisasi harus menjadi perhatian. Kami sedang dihantam terus dan viral kok, tetapi malah dibuat santai,” ucap Gusti.
Meski cukup kontroversial dan tak berprestasi, PSSI di era Edy tetap mencatatkan hal positif. Di antaranya, Indonesia menorehkan rekor untuk pertama kalinya menjadi juara Piala U-16 AFF dan tampil di Piala U-16 Asia 2018 meski terhenti di delapan besar.
Catatan baik lainnya, Edy dan pengurus PSSI periode 2016-2020 berhasil menggulirkan Liga 1 U-16 pada tahun 2018 yang menjadi liga U-16 pertama di Indonesia sepanjang sejarah. Selain itu, kegiatan sepak bola putri, baik timnas maupun kompetisi berhasil dibangkitkan dari tidur dan mulai ditata kembali. (ant/im)