IM.com – Sedikitnya ada 156 desa yang tersebar beberapa kabupaten di Jawa Timur, masuk kategori rentan tsunami. Ironisnya, dari jumlah itu, hanya ada 16 alarm pendeteksi atau Early Warning System (EWS) yang terpasang di beberapa kawasan rawan tsunami di Jatim.
Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim baru akan menambah 4 ERW di beberapa titik daerah rawan tsunami di Jatim. BPBD Jawa Timur juga sudah memasang alarm banjir dan longsor di beberapa desa rawan banjir di Jawa Timur.
“Sebagian memang sudah ada yang rusak dan terus dipantau. Tahun ini, rencananya pemerintah provinsi akan kembali membeli 4 alat alarm pendeteksi tsunami,” kata Kepala BPBD Jawa Timur, Suban Wahyudiono, Suban Wahyudiono saat dihubungi, Rabu (2/1/2019).
Adapun sebanyak 156 desa di Jatim yang dikategorikan rawan diterjang tsunami tersebar di beberapa daerah. Paling banyak berada di Kabupaten Banyuwangi yakni 45 desa.
Daerah lain yakni Blitar 13 desa,
Jember 10 desa, Lumajang 15 desa, Malang 17 desa, Pacitan 25 desa, Pamekasan 2
desa, Sampang 1 desa, Situbondo 1 desa, Trenggalek 13 desa dan Tulunggagung 9
desa.
Sebanyak 45 desa di
Banyuwangi yang berpotensio terdampak tsunami tersebar di 11 kecamatan. Potensi
kerawanan tsunami di 45 desa tersebut berjenjang, dari yang rendah hingga
paling tinggi.
“Yang tinggi itu di pantai wilayah selatan. Kalau dari Pantai Grajagan sampai wilayah Kota Banyuwangi masuk kategori sedang, dan dari wilayah kota sampai ke utara itu kategori rendah,” urai Kepala BPBD Banyuwangi Fajar Suasana.
Selain rawan, Banyuwangi juga dikategorikan daerah yang berpotensi terdampak paling luas. Penyebabnya, pesisir pantai di ujung timur Pulau Jawa ini tergolong salah satu yang terpanjang yakni 175,6 kilometer.
BPBD Banyuwangi berharap kepada pemerintah daerah maupun pusat agar memprioritaskan pengadaan alat EWS ini. Hal ini guna mengantisipasi ancaman bencana karena bisa dideteksi lebih awal.
Kabid Kedaruratan BPBD Banyuwangi Eka Muharram menambahkan, fungsi EWS ini multiguna. Selain dapat mendeteksi dini tsunami, juga dapat mendeteksi banjir, longsor, dan gempa.
“Banjir juga perlu EWS, longsor juga perlu EWS, kemudian yang lain-lain seperti potensi bencana tsunami juga perlu EWS,” kata Eka Muharram.
Ia melanjutkan, ke 7 EWS tersebut, merupakan bantuan dari BNPB pusat. Namun ke tujuh alat itu kurang berfungsi maksimal karena beberapa komponennya rusak, tetapi masih bisa diperbaiki.
“Akan tetapi dengan pertimbangan komponen alatnya yang cukup mahal. Maka lebih baik melakukan pengadaan alat yang baru,” jelasnya. (jok/im)