IM.com – Penelusuran jejak masa lampau bergenre “Mlaku Mlaku Babinsa”, kali ini menyorot lokasi yang penuh historis, dan konon banyak aura positif yang ada di sekitar Sendang Tirto Kamandanu. Sendang atau telaga ada di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Tertarik apa saja yang ada sendang tersebut, Serma Jaenuri menemui juru kunci, Mbah Tugino. Ketertarikan ini tidak lepas dari komunikasi sosial berbasis interaktif yang menyasar ke semua elemen maupun komponen, baik tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh adat.
Saat ditemui, Mbah Tugino masih melakukan aktifitas khusus di lokasi tersebut. Usai aktifitas rutin hari Kamis, Mbah Tugino bersedia diajak berbincang santai, sekaligus menggali historis keberadaan sendang yang sangat ramai pengunjung saat bulan Suro. Kamis (31/1/2019)
Mbah Tugino atau akrab disapa Mbah No, menjabarkan satu persatu sejarah keberadaan sendang. Diawal, Mbah No menjelaskan arti atau makna dari sendang yang berlokasi di tengah areal persawahan milik warga.
“Sendang Tirto Kamandanu sejarahnya adalah tempat mandi Sri Aji Joyoboyo sebelum moksa (hilang). Sendang Tirto Kamandanu artinya sendang itu telaga, tirto itu air, kumo itu benih dan hidup, jadi ini sumber kehidupan,” jelas Mbah No.
Ia menambahkan, untuk mandi putri-putri raja nusantara itu disini, karena apa, disini adalah punjer (pusat) tanah Jawa. Katakan, Sri Aji Joyoboyo adalah Utungga Dewa, patoknya tanah Jawa.
“Disini, didepan Sendang Tirto Kamandanu ada filsafat, patung Tri Murti, Brahma, Wisnu, Siwa, tiga jadi satu. Dibelakangnya ada patung Ganesha, lambang Kediri, lambang kecerdasan, putra Siwa,” sambung Mbah No.
Disebelahnya ada petilasan (jejak) yang sejati, ialah dayang-dayang dari Mbah Joyoboyo. Disebelahnya lagi ada kaputren, tempat putri-putri raja. Disebelah barat ada Mayangsari dan sebelah timur ada Wulansari. Ibarat Myangsari dan Wulansari adalah matahari dan bulan atau rejeki dan kehidupan.
“Sedangkan tempat sendang itu ada disini, disitu ada sumur. Kalau logika, musim kemarau diambil semua airnya seluruh nusantara kesini, mengambil air disini, dikatakan disini air zam zam tanah Jawa, karena patok tanah Jawa,” pungkas Mbah No.
Dari sudut pengamatan spiritual, menurut Mbah No, ditempat ini auranya berwarna kuning keemas-emasan, dan hal ini dibenarkan salah satu acara televisi nasional, dengan host, Tukul Arwana. Datang ketempat ini, semua orang pasti diijinkan, baik latarbelakang maupun domisilinya.
Tempat ini memang cukup sejuk dan jauh dari kebisingan perkotaan, lantaran jaraknya cukup jauh dari pemukiman penduduk maupun jalan raya. Untuk menuju ke lokasi ini, setiap pengunjung dipastikan melewati areal persawahan warga dan jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 400 meter dari jalan raya. (Penrem 082)