Fajar, Balita di Mojokerto Sejak Lahir Mengalami Keterbatasan Fisik
Ahmad Fajar, balita yang mengalami keterbatasan fisik belum banyak mendapat perhatian dan bantuan untuk pengobatan dan kebutuhan seperti susu, bubur bayi dan pampers. Foto : martin

IM.com – Keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu, seorang bayi di bawah lima tahun (balita) asal RT 2/RW 3, Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto harus menjalani hidupnya dengan keterbatasan fisik.

Itulah Ahmad Fajar (4), balita laki – laki dari pasangan suami istri Yunita dan Rifa’I mengalami sejumlah keterbatasan fisik. Antara lain kebutaan sejak lahir, berat badan semakin hari terus menyusut hingga tangan serta kakinya kaku tidak bisa digerakkan. Kakaknya, Galih Anugrah Makruf (12) juga menderita tuna wicara.

“Saat ini bobotnya sekitar 5,5 kilogram. Sehari – hari ya seperti ini, digendong serta tangan dan kakinya kaku tidak bisa digerakkan. Sedangkan berat badannya makin hari terus menyusut,” ungkap Asminatun (40) nenek dari balita yang juga mengalami kebutaan sejak lahir.

Sementara bila mengacu pada tabel berat badan anak usia 1 – 5 tahun, anak laki – laki memiliki berat badan ideal antara 12,7 kg – 21, 2 kg.

Ditemui di rumahnya Selasa (09/04-2019) sehari – hari balita ini tidak bisa beraktifitas seperti balita pada seusianya. Ironisnya lagi, balita ini sudah ditinggal meninggal ibunya akibat terinfeksi paru – paru, sejak berusia 18 bulan.

“Kebetulan ibunya berprofesi sebagai sinden, mungkin akibat kurang menjaga kesehatan makanya terserang paru – paru,” cerita ibu dari Yunita alias nenek dari balita seraya mengatakan Ibu kandung Fajar meninggal diusia 28 tahun.

Latar belakang ekonomi dari keluarga yakni ayah dari balita ini juga tak serumah lagi dengannya. Sehari – hari yang mengurus kakek dan neneknya. Kakeknya, Jumadi (55) hanya berprofesi sebagai buruh tani dan pencari barang rongsokan.

Dengan penghasilan per hari kisaran Rp 80 ribu. Sedangkan Fajar membutuhkan biaya sekitar Rp 750 ribu untuk kebutuhan membeli pampers, susu dan bubur bayi dengan estimasi 30 hari.   

Sejak ibunya meninggal dan ayahnya sudah tidak serumah lagi, biaya hidup balita ini ditanggung kakeknya. “Hingga saat ini belum ada bantuan sama sekali dari pihak manapun termasuk dari pemerintah,” ceritanya sambil tak terasa air mata sang nenek menetes ke pipinya serta matanya makin memerah.

Memang, lanjut sang nenek, ayah dari balita ini terkadang mengirim uang untuk membantu kebutuhan Fajar. Namun, menurutnya belum cukup memenuhi kebutuhan cucunya.

“Jangankan beli obat, beli kebutuhan seperti pampers, susu dan bubur bayi saja terkadang bisa terbeli kalau ada uang,” ujar sang nenek.

Kendati demikian, dengan keterbatasan ekonominya, kakek dan neneknya tetap dengan sabar merawat Fajar. Sang kakek dan nenek Fajar pun bersyukur ada komunitas sosial yang peduli terhadap kondisi Fajar.

“Baru – baru ini, tepatnya (05/4-2019) ada pihak yang peduli dengan memberikan bantuan berupa pampers, susu, sembako dan uang Rp 900 ribu. Enggak tahu dari mana asalnya, hanya bilang dari Surabaya,” pungkasnya.  (tin/uyo)   

64

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini