IM.com – Ecoton kembali bersikap atas penimbunan sampah impor dan limbah industri di sejumlah kawasan di Jawa Timur, khususnya Mojokerto. Ecoton mendesak Kementerian Lingkungan Hidup (LHK), Kementerian Perindustrian dan Sucofindo segera mengendalikan pembuangan sampah besar-besaran di lingkungan masyarakat dan melakukan upaya pemulihan kerusakan lingkungan DAS Brantas.
Menurut Ecoton, mudahnya negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat mengeskpor sampah rumah tangga mereka ke Indonesia, khususnya ribuan ton yang ditimbun di Mojokerto, Jawa Timur merupakan bukti lemahnya pengawasan pemerintah terhadap impor kertas bekas. (Baca: Setahun, 68 Ribu Ton Sampah dari Inggris Dibuang ke Mojokerto)
Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa pemerintah (Kementerian LHK) tidak memberi perhatian pada dampak sampah plastik dan limbah industri kertas yang mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Seharusnya pemerintah melakukan pemeriksaan dan pengawasan ketat terhadap sampah impor,” tulis Ecoton dalam rilis yang diterima inilahmojokerto.com, Selasa (21/5/2019).
Ecoton menegaskan, sikap abai pemerintah terhadap kebijakan negara maju yang seenaknya mengekspor sampah rumah tangganya ke tanah air sama saja dengam mencoreng martabat Indonesia sebagai bangsa.
Untuk itu, Ecoton menyampaikan beberapa tuntutan ke Kementerian LHK dan instansi pemangku kebijakan. Di antaranya, agar pemerintah menertibkan impor bahan baku bekas yang dilakukan industri kertas.
“Ecoton juga mendesak negara eksportir tidak mencampur plastik dalam sampah kertas yang diekspor ke Indonesia.”
Selanjutnya, pemerintah harus melakukan kajian lebih mendalam terkait dampak lingkungan akibat kegiatan penimbunan (dumping) sampah plastik impor oleh industri kertas, khususnya yang ada di sekitar DAS Brantas. Sebab bagaimanapun, besarnya volume sampah impor dari luar negeri itu terkait erat dengan aktifitas industri kertas.
Ecoton menyebutkan, industri kertas banyak menggunakan bahan baku (kertas dan plastik) bekas yang diimpor dari luar negeri. Catatan Ecoton, ada 12 pabrik kertas di Jatim yang kerap mendatangkan sampah (kertas bercampur plastik) dari negara-negara maju sebagai bahan baku bekas.
“Kalau limbahnya tidak dikelola dengan baik, sangat membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat,” demikian pernyataan Ecoton. (im)