Proses pembakaran sampah plastik untuk pembuatan tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo.

IM.com – Pemerintah Provinsi Jawa Timur turun tangan menyikapi kandungan zat berbahaya dari limbah dan plastik impor di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto dan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo yang memapar telur ayam kampung.

Pemprov meningkatkan pengawasan terhadap industri tahu di Desa Tropodo yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar produksi tahu.

Hari ini, Senin (18/11/2019), Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jatim memanggil dua pengusaha tahu di Tropodo dan pejabat dinas LHK Kabupaten Sidoarjo untuk menjelaskan permasalahan ini.

Sebagai tindaklanjut atas pemanggilan itu, Pemprov Jatim memberikan pembinaan kepada pengusaha tahu. Pemprov juga meminta pemilik usaha pembuatan tahu agar mengganti bahan bakar yang ramah lingkungan dan kesehatan.

“Nanti dilakukan pengawasan langsung melalui dinas terkait,” kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan, instansinya sudah mengundang perwakilan dari 50 industri tahu di Tropodo. Saat itu, ada 13 orang pengusaha yang hadir saat itu.

Sigit menyebutkan, instansinya sudah menemukan solusi bahan bakar plastik impor yang digunakan sekitar 50 industri tahu di kawasan Tropodo. Menurut Sigit, para pengusaha tahu itu pun sepakat dengan adanya pengganti bahan bakar plastik untuk industri mereka.

“Bulan Juni itu juga kami mengundang pihak PGN (Perusahaan Gas Negara), kami juga undang Pertagas untuk menyediakan gas rumah tangga untuk mereka. Tapi jaringan gas di situ terlalu jauh dengan lokasi industri,” ujar Sigit, Senin (18/11/2019).

DLHK Sidoarjo menilai, pengadaan jaringan gas dari PGN maupun Pertagas untuk industri tahu di Tropodo terlalu banyak memakan biaya. Sekitar dua atau tiga minggu lalu, DLHK Sidoarjo menemui Minarak Gas.

“Minarak menjanjikan bisa membantu. Minarak kebetulan sebelumnya sudah membantu pengusaha telur asin di Candi berupa kompor terintegrasi bahan bakar mineral. Mereka berjanji mau membantu. Tinggal kami memastikan apakah ini lebih murah dari plastik,” ujarnya.

Khofifah Tegaskan Telur Ayam asal Jatim Aman Dikonsumsi

Sampah dan limbah plastik impor yang ditimbun di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto dan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo sedang dalam sorotan.

Hal ini menyusul hasil penelitian yang dilakukan Jaringan global advokasi kebijakan dan kesehatan lingkungan (IPEN), bersama Arnika Association serta Nexus3 dan Ecoton, dua LSM dalam negeri mengungkap adanya kandungan tinggi zat beracun dari pembakaran limbah plastik yang mengkontaminasi telur ayam kampung.

Sampel telur ayam yang dikumpulkan dari dua desa tersebut positif mengandung tiga senyawa kimia beracun dengan kadar tinggi. Yakni dioksin, zat penghambat nyala dan PFOS. (Baca: Telur Ayam di Desa Bangun Terpapar Dioksin Pembakaran Sampah Plastik).

Ketiga zat itu bahan kimia yang menurut laporan IPEN, beracun selamanya.
Konsentrasi dioksin, bifenil poliklorinasi (PCB), eter difenil polibrominasi (PBDEs), parafin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) tingkat tinggi ditemukan di telur ayam kampung yang menjadi sampel penelitian.

Temuan ini menuai sorotan banyak pihak. Bahkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa harus menegaskan bahwa telur ayam kampung asal provinsinya aman untuk dikonsumsi. Penegasan ini untuk membalikkan isu negatif imbas temuan IPEN.

“Telur di Tropodo itu hanya kurang dari 3,7 persen dari total telur dari ayam buras/kampung di Jawa Timur yang belum dikandangkan secara permanen. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun,” terang Khofifah saat melakukan kunjungan ke Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu (17/11/2019).

Sementara mayoritas, lanjut Khofifah, sekitar 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices.

Ia menjelaskan, pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP).

Terlebih, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu Ton atau setara 8,2 milyar butir telur. Serta berkontribusi sebesar 29 persen terhadap nasional atau peringkat 1 nasional.

“Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat,” tutur Khofifah. (im)

150

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini