IM.com – Temuan situs kuno berbentuk struktur tangga di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto ternyata merupakan candi pendhermaan Mahisa Cempaka, leluhur pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya. Candi tersebut dibangun di masa pemerintahan Raja Kertanegera awal abad ke-13 atau sekitar 12 tahun pasca meninggalnya Mahisa Cempaka.
Sebagaimana namanya, Candi Pendermaan ini dibangun untuk menghormati dan mendoakan Mahisa Cempaka, Raja Singasari (Tumapel) pendahulu Kertanegara. Ritual pendermaan di candi ini kemudian dilanjutkan hingga era Majapahit.
“Ini tercatat dalam kitab kuno, Nagakertagama dan Pararaton. Lokasinya sesuai, di bagian timur Kota Raja Majapahit,” kata Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho, Rabu (15/4/2020).
Situs kuno ini ditemukan warga di area barat tempat pemakaman umum Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto. Di area pemakaman itu, sebelumnya juga ditemukan struktur bangunan berupa talud (tembok penahan).
“Dalam kitab kuno Nagarakeertagama dan Pararton, Kumitir disebut Kumeper. Disebutkan dalam kitab itu bahwa Talud itu yang mengelilingi candi pendermaan ini,” ujar Wicaksono. Menurutnya, situs ini juga berkaitan dengan Candi Petirtaan Tikus yang lokasinya memang cukup berdekatan.
Selain bangunan Talud dan sebagian struktur candi, di lokasi itu juga telah banyak ditemukan artefak berbahan keramik dari tiga dinasti kerajaan di China. Mulai Dinasti Song, Yuan sampai Ming.
“Benda dari keramik memang biasanya terkait dengan perabotan rumah tangga. Karena ini bagian dari Kota Raja, jadi dimungkinkan ada pemukiman di sekitar candi dan talud ini. Seperti kalau di sekitar Masjid Agung biasanya ada kampung bernama Kauman,” jelas Wicaksono.
Warga yang pertama kali menemukan situs ini, Fendi Andriyanto memperkuat pernyataan Wicaksono. Menurut Fendi, sejak jaman nenek moyangnya dulu sering menemukan banyak pecahan bangunan dan benda-benda peninggalan era kerajaan di Desa Kumitir dan sekitarnya.
“Dari jaman mbah (kakek-nenek) dulu banyak ditemukan benda dan struktur dari benda kuno, kebanyakan sudah tidak utuh. Tapi karena dulu kan masih bingung, tidak tahu harus lapor kemana,” ujar pria berusia 26 tahun ini.
Temuan banyak artefak kuno sampai yang datang dari tiga dinasti di China mulai abad 11 hingga 17 itu membuktikan bahwa eksistensi candi pendermaan itu cukup kuat. Hal ini sesuai dengan ketokohan Mahisa Cempaka semasa hidupnya.
Dalam kitab kitab kuno disebutkan, Mahisa Cempaka bernama asli Bhatara Narasinghamurti adalah anak Mahisa Wong Teleng, putra Ken Arok (leluhur Wangsa Rajasa) dengan Ken Dedes. Secara khusus, Kitab Praraton mennyebutkan, Mahisa Cempaka pernah berbagai kekuasaan (raja ganda) Singasari dengan Ranggawuni yang bergelar Wisnuwardhana tahun 1250-1272.
Namun sejarah raja ganda Singasari ini tidak tertulis di Kitab Nagarakartagama. Disebutkan, pada sekitaran masa itu hanya Raja Wisnuwardhana yang berkuasa, yakni antara tahun 1248 sampai 1254.
Setelah itu, tahta Singasari diduduki oleh Kertanegara yang kemudian kekuasaannya direbut oleh Jayakatwang dengan mendirikan Kerajaan Gelanggelang. Tokoh keturunan Ken Arok dan Mahisa yang menolak tunduk kepada Jayakatwang yakni Kertarasaja Jayawardana (Raden Wijaya) akhirnya mendirikan kerajaan sendiri yang sampai kini disebut Majapahit.
Raden Wijaya sendiri merupakan cucu Mahisa Cempaka dari garis ayah Dyah Lembu Tal dan ibu Rakeyan Jayadarma dari Kerajaan Sunda Galuh. (im)