IM.com – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) langsung menginstruksikan kedutaan besar RI di Sana’a, Yaman untuk menelusuri kebenaran pemilik KTP Syamsul Hadi Anwar, yang ditemukan di markas Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), Provinsi Al Bayda. Pasalnya, dari laporan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), nama warga yang menggunakan identitas sebagai penduduk Perum Japan Raya, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto tersebut merupakan salah satu tokoh sentral di jajaran ISIS Yaman.
Kemenlu akan menelusuri keabsahan KTP atas nama Syamsul Hadi Anwar untuk diperiksa silang dengan database kependudukan di Kemendagri dan keimigrasian.
“Ibu Menlu sudah menginstruksikan perwakilan kita yang meng-cover Yaman untuk melakukan langkah-langkah pengecekan keabsahan dokumen tersebut untuk selanjutnya di-crosscheck dengan data kependudukan/imigrasi kita,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah.
Pernyataan ini menanggapi beredarnya video penemuan KTP WNI atas nama Syamsul Hadi Anwar di markas persembunyian ISIS-AQAP di Al Bayda, Yaman. KTP tersebut menunjukkan alamat Jalan Basket Blok NN Nomor 16 RT1/RW 12, Perum Japan Raya, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Video tersebut direkam oleh milisi Houthi saat melakukan penggerebekan di markas ISIS di Al Bayda, Yaman. Hingga berita ini dibuat, belum ada keterangan resmi dari pemerintah Yaman dan kelompok Houthi mengenai dokumen KTP dan keberadaan WNI dalam KTP tersebut. (Baca: KTP Warga Sooko-Mojokerto Ditemukan di Markas ISIS Yaman).
Hasil penelusuran sementara yang dilakukan Dispendukcapil Kabupaten Mojokerto dan Polres setempat memunculkan indikasi KTP tersebut asli tapi palsu (aspal). Sebab, dari penelusuran di TKP dan berdasar keterangan penduduk setempat mendapati bahwa Syamsul Hadi Anwar dipastikan bukan warga Perum Japan Raya, Sooko juga tidak pernah tinggal di alamat tersebut. (Baca: (Baca: KTP Mojokerto di Markas ISIS Disahkan Saat Alamat Rumah Masih Dihuni…).
“Namun KTP itu ada (asli). Jadi indikasi mengarah ke sana (pemalsuan data KTP), karena ini masih KTP manual, belum e-KTP. Namun ini masih dalam proses penyelidikan,” tandas Kapolres Mojokerto AKBP Donny Alexander.
Syamsul Hadi Tokoh Penting ISIS Pusat
Sementara dari keterangan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar, membuktikan bahwa memang ada WNI yang bernama Syamsul Hadi. Sosok itu bukan hanya masuk daftar daftar hitam BNPT dalam penanggulangan terorisme, tetapi juga jaringan kelompok Ibnu Mas’ud yang menjadi salah satu tokoh penting di ISIS Pusat (Suriah).
“Syamsul Hadi ini bernama alias Abu Hatim Al Sundawy Al Indonesy, termasuk tokoh penting di Suriah. Orangnya (Ponpes) Ibnu Mas’ud (Bogor),” kata Boy Rafli Amar.
Disebutkan, Syamsul tinggal di Suriah selama 4 tahun dan menjadi tokoh penting di sana. “Ketika ISIS mulai melemah di Irak dan Suriah, ada anggotanya yang pergi ke negara konflik lain untuk dijadikan medan baru bagi mereka,” ucap Boy.
Boy mengungkapkan, munculnya uang rupiah dan KTP warga Indonesia dalam video viral penggerebekan menandakan bahwa Foreign Terrorist Fighters (FTF) telah melakukan perpindahan tempat. Perpindahan tempat ini disebabkan kekalahan ISIS di Suriah dan Irak.
“Video di atas dengan ditemukan ‘uang rupiah termasuk KTP’ menunjukkan bahwa FTF asal Indonesia juga melakukan ‘relokasi’ daerah perang. Hal ini juga menunjukkan terjadi perpindahan ‘fighters’ dari satu wilayah ke wilayah lainnya, khususnya negara-negara yang memiliki konflik internal,” ujar Boy.
Terkait penyerangan kelompok Houthi ke basis ISIS di Bayda, Boy menjelaskan, hal itu adalah klaim dari tentara pemerintah Yaman. Dalam propaganda itu, Houthi disebut menyerang kelompok baik yang berbasis Al Qaeda dan ISIS pada pertengahan Agustus di Bayda, Yaman.
Ini merupakan bagian dari propaganda pemerintah Negeri Hadramaut itu untuk mendiskreditkan kelompok militan Syiah yang dianggap pemberontak.
“‘Protracted civil war’ di Yaman adalah daya tarik munculnya berbagai kelompok teroris di Yaman, salah satunya dengan munculnya ISIS. Oleh karena itu, dengan kekalahan ISIS di Suriah dan Irak menyebabkan sejumlah ‘fighters’ yang relokasi (relocating),” ujar Boy.
“Perpindahan FTF (baik yang disebut sebagai ‘returnees’ dan ‘relocators’) yang relatif mudah antar negara perlu diperkuat kerja sama internasional melalui ‘border control’ – data Interpol 24/7 menjadi penting untuk mengidentifikasi individu-individu yang terlibat sebagai FTF,” ujar Boy. (im)