IM.com – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur angkat bicara soal insiden kawanan monyet liar menyerang lahan persawahan milik warga di Dusun Jublangsari, Desa Simongagrok, Kabupaten Mojokerto. Penyebabnya diduga masalah ketersediaan pakan dan wilayah jelajah monyet.
Pengendali Ekosistem Hutan, BBKSDA Jawa Timur Resort Konservasi Wilayah 09 Mojokerto, Fajar Dwi Nur Aji mengatakan, monyet dapat berkembangbiak dengan cepat karena satu jantan bisa kawin lebih dari tiga monyet betina. Hal ini membuat jumlah populasi hewan primata tersebut tumbuh dalam waktu relatif lebih singkat dibanding satwa jenis lain.
“Maka potensinya muncul kelompok baru dalam kawanan, mencari tempat makan dan lokasi baru. Jadi jika primata ini sampai turun ke permukiman, jelas terkait dengan ketersediaan pakan dan wilayah bermain dan mencari makan di hutan,” kata Fajar kepada wartawan, Selasa (28/12/2021).
Situasi tersebut mirip dengan kejadian ketika kawanan monyet yang merangsek ke kawasan perkampungan atau lahan pertanian di wilayah Jolotundo, Desa Sugeng, Kecamatan Trawas pada tahun 2020 silam. Itu juga berbeda dengan monyet liar yang turun ke jalan di jalur Cangar-Pacet.
Hanya, menurut Fajar, perilaku monyet liar mencari makan hingga merusak areal pertanian di Dawarblandong itu dianggap tidak lazim. Pihaknya juga tak berharap kawanan monyet liar menyerang warga.
“Khawatirnya (Monyet Liar) kalau menyerang tapi itu tidak ya, namun jika kepepet bisa merebut makanan dan kita tidak mengharapkan itu,” tandas Fajar.
Ia mengatakan, menghalau kawanan monyet yang memasuki permukiman atau lahan pertanian warga dengan menggunakan bunyi-bunyian hanya bisa efektif untuk sementara waktu. Sebab, satwa liar itu masih bisa balik kapan saja karena didorong insting mencari makan.
“Setelah diusir, kawanan monyet bisa balik lagi karena insting-nya memang begitu,” ucapnya.
Sebelumnya, kawanan kera dan celeng liar yang biasa hidup di hutan kawasan Kecamatan Kemlagi, tiba-tiba menyerbu lahan pertanian milik warga di Dusun Jublangsari, Desa Simongagrok, Kecamatan Dawrblandong. Sedikitnya 80 ekor kera menyerang setiap sore hari.
“Keluarnya sekitar pukul 14.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dan ini terjadi sejak tiga bulan terakhir,” ungkap Salah satu pemilik lahan lahan jagung, Katsidi. Akibatnya, puluhan hektare tanaman jagung rusak dan gagal dipanen karena serangan satwa liar itu.
Akibat kerusakan itu, Katsidi mengaku terpaksa memangkas tanaman yang rusak dan dibawa pulang untuk pakan ternak. Sementara beberapa batang jagung terlihat roboh, serta bonggol yang habis dimakan kera.
“Tanaman jagung banyak yang rusak. bisa rugi sampai 30 persen,” kata Kastidi, salah satu warga pemilik lahan jagung, Selasa (28/12/2021).
Menurutnya, penyerangan oleh kawanan kera dan satwa liar lain kerap terjadi hampir tiap tahun, tepatnya ketika tanaman jagung akan memasuki masa panen.
“Kera-kera liar ini datang hampir setiap tahun dan hanya saat cocok tanam jagung saja. Sementara saat masa tanam cabai dan tomat mereka tak pernah turun,” bebernya. (im)