IM.com – Peringatan Nuzulul Qur’an di Kota Mojokerto tahun ini lebih istimewa dengan kehadiran Miftah Maulana Habiburrahman. Tokoh agama yang akrab disapa Gus Miftah memberikan tausiyah dalam acara itu.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari dalam sambutannya mengatakan, kehadiran Gus Miftah bagai oase di padang pasir bagi masyarakat. Selama dua tahun masa pandemi covid-19, masyarakat Kota Mojokerto hanya bisa mengikuti tausiyah melalui virtual.
“Gus Miftah ini bagai oase di padang pasir. Baru kali inilah ketika Kota Mojokerto memasuki level 1 PPKM, kita bisa mengikuti pengajian secara tatap muka,” tuturnya.
Wali kota yang biasa disapa Ning Ita ini juga menyampaikan, diadakannya kegiatan semacam ini menjadikan Kota Mojokerto semakin harmonis khususnya dalam kegiatan beribadah.
“Karena selama dua tahun masa pandemi covid-19, masyarakat Kota Mojokerto hanya bisa mengikuti tausyiah melalui virtual. Dan baru kali inilah ketika Kota Mojokerto memasuki level 1 PPKM, kita bisa mengikuti pengajian secara tatap muka,” kata wali kota perempuan pertama di Kota Mojokerto ini.
Ning Ita berharap, kehadiran Gus Miftah di Bumi Majapahit dalam peringatan Nuzulul Quran ini mampu menambah asupan moral dan spiritual. Serta pembangunan Kota Mojokerto dapat semakin lancar kedepan.
“Tentunya untuk Kota Mojokerto ke depan, mohon doanya Gus, agar seluruh pembangunan di kota ini bisa berjalan dengan lancar dengan membawa spirit of Majapahit,” ujar istri Supriyadi Karima Syaiful ini.
Kehadiran Gus Miftah memang mengundang antusiasme masyarakat. Terlihat, warga berdatangan memenuhi Masjid Al Fattah sejak rangkaian Nuzulul Qur’an dimulai ba’da Shalat Asar di Masjid Agung Al Fattah.
“Makan wingko minumnya susu, hai orang Mojokerto I love You. Bila teman membuatmu kecewa, bila pasangan membuatmu terluka, dan bila corona membuatmu menderita, yakinlah Gus Miftah datang dengan membawa cinta,” ucap Gus Miftahmembuka acara dengan pantun.
Gus Miftah mengajak untuk membangun optimisme masyarakat Kota Mojokerto untuk bangkit di masa pandemi vovid-19. Menurutnya, kecemasan harus dijauhi karena itu hanya menjadi ilusi buruk tentang masa depan.
“Daripada kita membuang waktu untuk cemas, mendingan mempersiapkan diri untuk menghadapi. Artinya apa? Jadilah orang yang optimis,” ujarnya.
Dibandingkan dengan pesimis, lanjut Gus Miftah, lebih baik membangun sikap optimis. Pola pikir dan perilaku semacam ini telah dicontohkan oleh para nabi.
Gus iftah pun menceritakan secuil kisah Nabi Yunus yang dimakan ikan sebagai teladan. Ada pula kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk memotong leher Nabi Ismail yang kemudian karena sifat optimismenya atas perintah Allah SWT digantikan dengan seekor domba.
Di samping itu, ada kisah Nabi Musa yang terdesak di pinggir pantai kala menghadapi Firaun. Dengan optimisme dan keyakinannya terhadap ketetapan Allah, maka Allah membukakan lautan untuk disebrangi pengikut Nabi Musa.
Berkaca pada kisah teladan para nabi itu, Gus Miftah berpesan agar warga Kota Mojokerto selalu membangun sikap optimis. Ia menyebutkan, orang yang optimis selalu melihat peluang dalam masalah.
“Sementara orang pesimis melihat masalah dalam peluang,” ucapnya.
Pada akhir tausiyahnya, Gus Miftah berharap agar masa pandemi ini dapat segera pulih seperti sedia kala. Sehingga Kota Mojokerto dapat semakin maju ke depan.
“Ekonominya kembali membaik, rezekine lancar. Aamiin. Keluargane sakinah, Mojokerto maju,” pungkasnya. (im)