IM.com – Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) di Mojokerto yang sejatinya terafiliasi dengan kelompok Khilafatul Muslimin cukup mengejutkan banyak pihak. Sebab, dilihat dari visi-misi ponpes tersebut sebetulnya jauh dari stigma radikal atau penyebaran doktrin ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Ponpes Ukhuwah Islamiyah yang berada di Dusun Pandanrejo, Desa Simbaringin, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto mengusung visi pendidikan islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin dan enam misi. Visi dan Misi itu terpampang jelas di dinding depan komplek asrama santri.
Adapun enam misinya yakni pertama, menuju tauhid yang murni, bersih dari noda syirik. Kedua, menuju ‘aqidah yang kuat, lurus, dan ubudiyah assunnah.
Misi ketiga, membentuk pribadi berakhlaqul karimah. Keempat, berguna bagi ummat (Rahmat bagi seluruh alam). Kelima, siap jadi mujahid da’wah tegaknya sistem khilafah ‘alaa minhajin nubuw’wah. Dan keenam, cakap, terampil percaya diri, dan mandiri.
Pengasuk PPUI Mojokerto, Muhammad Nursalim mengatakan, tidak ada kurikulum khusus dalam proses belajar di Ponpes tersebut. Untuk mencapai visi dan misi, para santri dididik dengan pendekatan karakter dan diwajibkan mengahafalkan Al Qur’an minimal 9 juz.
“Yang unggulan itu hafalan Al Quran, wajib hafal 9 juz. Tapi juga ada pembelajaran menulis, membaca, dan berhitung, matematika,” katanya.
Nursalim menyebutkan, ponpes asuhannya memiliki 24 orang santri yang semuanya masih di bawah umur, mulai usia 6 sampai 9 tahun. Dari 24 santri itu, tidak ada yang dari Mojokerto Mereka datang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Diantara, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, dan Madura.
Sedangkan untuk tenaga pendidiknya, terdapat 12 orang. Semuanya juga tinggal di kompleks pondok. (Baca: Ponpes di Kutorejo Ini Diduga Jadi Tempat Pendidikan Khilafatul Muslimin)
“Santri dan gurunya ada disini, bermukim disini,” ujar pria berusia 24 tahun ini.
Menurut Nursalim, setiap santri dibebaskan dari biaya apapun alias gratis. Semua kebutuhan sehari-hari santri berasal dari donatur.
“Banyak donaturnya. Kadang ada dari wali santri, kadang ada Danramil, intel Polsek juga kesini bawa beras,” ungkap ayah empat anak ini.
Ia mengakui PPUI memang ada kaitannya dengan kelompok Khalifatul Muslimin pimpinan Abdul Qodir Hasan Baraja yang kini tengah diusut kepolisian karena diduga melanggar UU. Namun secara legalitas, tambah nursalim, ponpesnya tergabung dalam yayasan Ukhuwwah Islamiyyah di Bekasi.
“Ini termasuk salah satu cabangnya yayasan yang di bekasi. Kalau itu (Abdul Qodir Hasan Baraja) adalah Khalifahnya. lah pondok ini yang begerak di pendidikannya, begitu,” tandasnya.
Sebagai informasi, Abdul Qodir Hasan Baraja telah diamankan Polda Metro Jaya pasca viral video rombongan konvoi sembari menuliskan “Kebangkitan Khilafah” disertai bendera bertuliskan arab di Cawang, Jakarta Timur. Dari situ, polisi mulai mengusut dan mengamankan sejumlah pentolan kelompok ini karena diduga bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia. (cw)