IM.com – Mengulas kuliner khas Jawa Timur, tidak bisa lepas dari menu Rujak. Hidangan dari campuran bahan dan bumbu petis atau kacang ini memiliki aneka cita rasa yang berbeda di masing-masing daerah. Di Mojokerto, ada warung rujak yang cukup terkenal dengan sebutan Rujak Yuk Bawok.
Kata Bawok terasa cukup risih didengar, karena berkonotasi negatif. Istilah itu sesungguhnya berkonotasi negatif karena sebutan prokem masyarakat jawa jaman dulu untuk menyebut alat kelamin perempuan.
Namun jangan salah, nama itu diambil dari pemilik warung, Fadilah, yang sejak anak-anak sering dipanggil Bawok oleh teman-temannya. Lansia 67 tahun itu juga tidak pernah mempermasalahkan jika sajian khas warungnya sejak berdiri puluhan tahun silam disebut dengan nama itu.
“Saya tidak tahu, itu orang-orang yang menyebut seperti itu. Ya dulu memang sering dipanggil begitu (nama Bawok). Saya tidak ingat awal berdirinya kapan, sekirar 30 tahun ada,” kata Fadilah.
Terlepas dari namanya yang terdengar aneh, Rujak Bawuk racikan Fadillah ini sesungguhnya memiliki cita rasa khas dari resep Fadilah yang membedakan dengan menu serupa lainnya. Hidangan itu diracik dari campuran sayur atau buah dan disajikan bersama bumbu kacang.
Untuk menemukan resap rujak khasnya itu, ternyata tidak mudah. Fadilah harus beberapa kali bereksperimen menggabungkan segala macam bumbu.
“Saya mengerang sendiri, saya coba-coba saja, pakai bumbu ini itu, akhirnya menemukan yang pas,” tandasnya.
Rujak Yuk Bawok ini berisi irisan nanas, bengkoang dan mentimun segar, potongan tahu dan tempe goreng yang masih hangat, irisan lontong, serta sayur kacang panjang, krai, selada dan cambah. Fadilah mengolahnya dari buah-buahan dan sayuran yang masih segar.
Bumbu kacang yang digunakan juga sangat spesial, yakni campuran kacang goreng, petis, terasi, dan gula jawa. Pembeda dengan rujak lainnya adalah, ketika mengeluk bumbu dia menambahkan air biasa dan air asam Jawa, sehingga bumbunya sedikit encer. Perpaduan bumbu inilah yang menghadirkan cita rasa yang legit dan lezat.
Barulah isian rujak dituangkan ke layah untuk dicampur dengan bumbu. Penyajian rujak ulek ini sangat sederhana. Yakni hanya dituangkan pada piring biasa dilengkapi sebuah sendok.
“Terasinya pakai yang enak. Kalau petis campuran yang enak dan biasa. Karena kalau petis enak saja rasanya amis dan pahit, pakai petis biasa saja juga tidak enak,” Fadilah.
Fadilah sangat menjaga kualitas rujakan racikannya. Bumbu dan isian rujak yang dibelinya di pasar dipastikan harus bagus.
“Semua bahan untuk bumbu dan isi rujak saya beli yang berkualitas untuk menjaga cita rasanya,” tutur nenek yang memiliki satu cucu ini.
Menikmati Rujak Yuk Bawok akan terasa lebih nikmat dengan es dawet bikinan Fadilah juga. Minuman ini begitu pas untuk melepas dahaga atau mengobati pedasnya rujak ulek. Karena lembutnya dawet bercampur dengan gurihnya santan kelapa serta legitnya gula merah.
Selain kudapan rujak, Fadilah juga menyedikan tahu lontong. Isiannya terdiri dari irisan tahu, kentang goreng hangat dan lontong, serta acar mentimun dan taburan bawang goreng. Acar mentimun buatan Fadilah diracik dengan bumbu khusus sehingga digandrungi para pelanggannya.
“Orang kan suka kalau ada acarnya. Banyak yang tidak jadi beli karena acarnya habis,” tukasnya.
Tarif yang dibanderol untuk satu rujak dan tahu lontong Yuk Bawok ini cukup ramah di kantong. Hanya Rp 12 ribu saja. Sedangkan es dawetnya Rp 5 ribu.
Lokasi warung Rujak Bawuk cukup mudah dijangkau yakni di perkampungan Dusun Kejambon, Desa/Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Untuk lebih gampamng menemukan lokasinya, bisa dilihat melalui Google Maps dengan nama Warung Rujak & Tahu Lontong Yuk Bawok.
Warung Rujak dan Tahu Lontong Yuk Bawok ini buka setiap hari pukul 10.00-16.00 WIB. Yang datang mencicipi kudapan racikan janda anak satu inisilih berganti, baik yang makan di tempat maupun membungkus. Sayangnya, Fadilah tidak pernah bertanya darimana saja mereka berasal. (cw)