IM.com – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim kembali melanjutkan ekskavasi tahap kelima di Situs Kumitir, di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
Pertama kali ditemukan Situs Kumitiri pada awal Tahun 2019 lalu oleh perajin batu bata. Situs ini letaknya tidak jauh dari tempat pemakaman umum (TPU) Dusun Bendo, Desa Kumitir, Mojokerto.
Para arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim melakukan penggalian situs Kumitir tahap pertama menjelang akhir 2019, berangkat dari hipotesis bahwa situs ini merupakan tempat pendharmaan Mahesa Cempaka. Mahesa Cempaka atau Narasingamurti adalah kakek dari pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Hasil ekskavasi tahap pertama, mengungkap struktur bangunan kuno itu memiliki lebar 140 sentimeter dengan ketinggian struktur 80 sentimeter dan tersusun dari 14 lapis bata. Adapun dimensi ukuran bata, memiliki panjang 32 sentimeter, lebar 22 sentimeter, serta ukuran tebalnya 6 sentimeter. Selain itu, terdapat pilar-pilar pada dinding di sisi timur dengan jarak antar pilar 5,5 meter.
Kemudian ekskavasi tahap kedua dilakukan pada Agustus 4 hingga 9 September 2020 lalu. Dalam ekskavasi tahap kedua itu, situs Kumitir diduga merupakan istana Raja (Bhre) Wengker. Raja (Bhre) Wengker merupakan menantu pendiri kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Pada masa Majapahit, Kerajaan Wengker menjadi salah satu wilayah bawahan. Wilayah itu dipimpin oleh Kudamerta atau Bhre Parameswara, yang kemudian dikenal dengan nama Bhre Wengker. Bhre Wengker menikah dengan Bhre Daha. Nama lain Bhre Dhaha adalah Dewi Maharajasa, adik dari Tribhuwana Tunggadewi.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan, jejak arkeologis situs Kumitir sebagai istana Bhre Kahuripan diketahui setelah pihaknya merampungkan proses kajian dari hasil ekskavasi.
Temuan ini didapat BPCB Jawa Timur saat melakukan penggalian di beberapa titik kawasan situs Kumitir pada 4 Agustus hingga 9 September 2020. Dia mengungkapkan, berdasarkan temuan arkeologis selama ekskavasi, beberapa struktur di situs Kumitir menunjukkan jejak bangunan istana, sekaligus pendharmaan bagi Mahesa Cempaka.
Dan saat ini, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim kembali melanjutkan ekskavasi tahap kelima di Situs Kumitir. Ekskavasi akan berlangsung selama 23 hari, dimulai dari persiapan pada 17-19 September 2024, dan penggalian penuh pada 20 September hingga 9 Oktober 2024.
Ketua Tim Ekskavasi, Muhammad Ichwan menjelaskan, hari kedua ekskavasi di Situs Kumitir telah membuka 4 titik spot bagian barat situs kumitir yang bertujuan melanjutkan ekskavasi tahun sebelumnya untuk menampakkan bagia-bagian yang berdekatan dengan talut situs kumitir.
“Yang di bagian sisi barat di hari kedua ini ada dua spot yang kita gali. Dan sudah mulai menampakkan bagian-bagian situs. Dan di sebelah selatan sudah mulai tampak batu bata kuno, namun masih kita coba gali lagi. Dan di sebelah utara sudah nampak yang di duga talut,” Ucap Ichwan.
Ichwan mengatakan, ekskavasi dalam 23 hari kedepan nantinya akan mengekskavasi seluas kurang lebih 500 meter persegi di Situs Kumitir yang sudah di bebaskan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim.
“Jadi dari kurang lebih 500 meter persegi untuk luasnya yang akan kita ekskavasi, dan untuk kedalamannya yang kita akan galih kita lihat dulu tanahnya, dikarenakan ketinggian tanah di Sistus Kumitir ini tidak sama,” terang Ichwan.
Ichwan juga mengatakan, target ekskavasi tahap ke lima ini yaitu melanjutkan ekskavasi yang seblumnya dan terlebih untuk melengkapi data yang ada di Situs Kumitir, selain itu ekskavasi penyelamatan Situs Kumitir.
“Ini masih melengkapi data yang sebelumnya kan sudah di ketahui bentuk dan denanya, dan saat ini bagian-bagian yang belum di tanpakkan akan kita tampakkan di ekskavasi saat ini. Jadi di sisi barat Situs Kumitir ini membukur utara ke selatan,” Ucap Ichwan.
Dalam ekskavasi tahap lima ini, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim akan bekerja sama dengan bidang Geologi, Geolistrik, selain itu dengan departemen arkeologi fakultas ilmu budaya dari Universtias Gajah Mada yang melibatkan dosen pembimbing dan pendamping dan 10 mahasiswa arkeologi.
“Jadi untuk tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) tim teknis arkeologis ada 25 orang. Dan tim pembantu lapangan juru gali ada 25 orang, selain itu juga melibatkan sebagian warga Desa Kumitir,” tutup Uchwan. (rik/gie)