"Manusia Laut" karya Ariel Ramadhan. Akrilik di atas kanvas. Diameter 100 cm (2025).

IM.com – Ariel Ramadhan Art Space atau ARTS.ID menggelar karya tiga pelukis lintas generasi akan bertemu dalam satu ruang pamer bertajuk Pameran Seni Rupa Tiga Masa yang akan digelar di Jalan Lombok 10 Surabaya mulai 24 Agustus hingga 25 Oktober 2025.

‎Ruang pamer ARTS.ID dipenuhi karya-karya yang bukan sekadar memanjakan mata, melainkan juga menyalakan kesadaran publik. Dari isu ekologi, potret sosial hingga refleksi spiritual. Tiga seniman, Ariel Ramadhan, Saiful Hadjar, dan Arik S. Wartono menawarkan tafsir berbeda tentang kehidupan.

‎Ariel Ramadhan hadir dengan karya berjudul Manusia Laut. Warna neon hijau, biru, kuning, hingga oranye meledak di atas kanvas gelap. Bentuk ikan, manusia, dan fragmen abstrak berpadu dalam komposisi lingkaran yang seolah tak pernah berhenti bergerak.

‎Daya tarik karya ini ada pada energi visualnya yang eksplosif sekaligus pesan ekologisnya yang tajam: laut sedang sekarat, dan manusia adalah bagian dari siklus itu. Ariel seakan mengingatkan publik bahwa kehidupan tidak pernah terpisah dari samudra.

‎Sementara Saiful Hadjar justru memilih kesederhanaan dalam Pagi Buta (Berbondong-bondong ke Pasar). Palet warna kuning kehijauan, hitam dan abu-putih menghadirkan suasana muram.

“Ke Pasar di Pagi Buta” karya Saiful Hadjar

‎Bayangan pohon menjulang, bulan bulat kuning, serta sosok-sosok kecil yang beriringan menuju pasar, membangun narasi sehari-hari yang puitis sekaligus melankolis. Daya tarik visualnya bukan pada keriuhan warna, melainkan pada keheningan.

‎Lain lagi dengan Arik S. Wartono lewat karya Dzikir Subhanallah. Bidang penuh garis repetitif, spiral dan pola organik menyelimuti kaligrafi yang menjadi pusat spiritual. Ketika melihatnya, penonton seperti terhisap ke dalam pusaran dzikir visual yang tiada akhir.

“Dzikir” karya Arik S. Wartono

‎Kesan yang dihadirkan pada karya ini ada pada sifat meditatifnya. Repetisi bentuk menjadi metafora pengulangan mantra. Arik memadukan seni rupa modern dengan spiritualitas Islam.

‎Tiga karya ini bila disandingkan, seperti menghadirkan sebuah perjalanan batin kolektif. Dari kegelisahan ekologis (Ariel), menuju realitas sosial (Saiful), lalu berakhir pada kontemplasi (Arik).

‎Tidak berlebihan jika Pameran Senirupa Tiga Masa kali ini tidak hanya menarik secara visual tapi juga mengajak publik menimbang ulang posisi manusia dalam pusaran zaman. (kim)

12

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini