SMAN 1 Kutorejo menjadi salah satu pusat keramaian dengan menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari upacara bendera, kesenian reog hingga lomba tumpeng yang melibatkan sebagian warga sekolah, Minggu, 17 Agustus 2025.

IM.com – ‎Perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Kecamatan Kutorejo, Mojokerto berlangsung semarak. SMAN 1 Kutorejo menjadi salah satu pusat keramaian dengan menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari upacara bendera, kesenian reog hingga lomba tumpeng yang melibatkan sebagian warga sekolah, Minggu, 17 Agustus 2025.

‎Sejak pagi, ribuan peserta memenuhi lapangan Kecamatan Kutorejo untuk mengikuti upacara bendera yang digelar pukul 07.00. Peserta terdiri dari kalangan pelajar, guru, TNI-Polri dan elemen masyarakat. Upacara berlangsung khidmat.


‎BANGGA JADI PASKIBRA

‎Momen pengibaran Sang Saka Merah Putih menjadi sorotan. Tim Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) berjumlah 50 siswa yang merupakan gabungan dari berbagai sekolah, antara lain SMAN 1 Kutorejo, SMK Pemuda, MA Berlian, SMK Muhammadiyah, dan MA Mashudi.

‎Bagi para anggota Paskibra, pengalaman ini menjadi kebanggaan tersendiri. Lativia Silvia N., Ainin Zurah, Natasya Yuandara, dan Tri Ayum dari SMAN 1 Kutorejo kompak mengaku banyak belajar dari proses latihan hingga pelaksanaan.

‎“Nilai yang diperoleh selama jadi Paskibra, kami lebih disiplin, belajar menghargai waktu juga mendapat banyak teman baru dari sekolah lain,” ungkap mereka seusai upacara.

‎Selepas upacara, suasana berubah meriah. Di halaman SMAN 1 Kutorejo, panggung tradisi tersaji lewat penampilan grup reog Simo Jati Agung dari Dusun Dukuh, Desa Jati Dukuh. Tiga dadak merak yang masing-masing berbobot sekitar 50 kilogram ditampilkan secara gagah.

‎Bayu, salah satu pemain, mengaku sudah tujuh tahun menggeluti peran pembawa dadak. “Butuh kekuatan fisik dan latihan khusus, tapi ini bagian dari kebanggaan menjaga tradisi,” ujarnya.

‎Tak hanya dari kelompok reog, sejumlah siswa SMAN 1 juga turut ambil bagian. Hani Nur Octavani dan Reza Ita, misalnya, sejak kecil sudah akrab dengan seni reog karena tumbuh di Dusun Dukuh. Keduanya tampil sebagai penari jathilan. Sedangkan M. Azzan Azis memerankan sosok Bujang Ganong, tokoh khas dalam reog, yang sudah ia mainkan sejak masa kanak-kanak.

‎Penampilan semakin riuh ketika Bujang Ganong cilik bernama Aska yang baru berusia tiga tahun ikut naik panggung. Gerakannya yang lincah sekaligus lucu membuat penonton tertawa dan bertepuk tangan meriah.

EDUKASI TRADISI
‎Kepala SMAN 1 Kutorejo, Acmad Setiawan menegaskan bahwa hadirnya kesenian reog dalam perayaan Tujuhbelasan bukan sekadar hiburan melainkan juga jadi sarana edukasi bagi siswa.

‎“Setiap tahun kami selalu menghadirkan hiburan tradisi yang berbeda. Tahun lalu ada bantengan, tahun sebelumnya jaranan, tahun ini giliran reog. Tujuannya agar siswa tetap dekat dengan budaya leluhur,” katanya.

‎Selain reog, sekolah juga menggelar lomba tumpeng antar kelas yang tidak kalah seru. Lomba ini sekaligus menjadi simbol syukur dan kebersamaan warga sekolah. Hiasan tumpeng penuh warna-warni hasil kreasi siswa menjadi daya tarik tersendiri.

‎Bagi siswa SMAN 1 Kutorejo, momen tujuhbelasan selalu dinanti. Tak hanya sekadar ritual mengenang proklamasi, melainkan juga ruang untuk mengekspresikan diri. Gelak tawa, sorakan, hingga semangat kebersamaan mewarnai setiap sudut acara.

‎“Perayaan ini selalu membawa kegembiraan. Kami bisa bergembira bersama sambil terus mengingat makna kemerdekaan,” ujar seorang guru sambil menyaksikan penampilan reog.

‎Begitulah, semangat tujuhbelasan di SMAN 1 Kutorejo bukan hanya terasa di lapangan upacara tetapi juga hidup dalam denyut seni, tradisi dan kreativitas siswa sambil bersorak lantang: “Merdeka!” (kim)

960

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini