IM.com – Seorang siswa sekolah menengah kejuruan di Mojoanyar Kabupaten Mojokerto melaporkan gurunya ke Polres Mojokerto. Pelajar berinisial SW kelas XI jurusan Persiapan Grafika mengaku ditampar lima kali oleh gurunya karena sepeda motornya tak dilengkapi spion.
Di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polres Mojokerto SW yang berumur 16 tahun ditemani orang tua dan pamannya menceritakan apa yang dia alami pagi tadi di sekolahnya.
Dugaan pemukulan itu terjadi pagi tadi, sekitar pukul 06.30 Wib saat SW masuk ke sekolah. Dia mengaku ditegur dua orang guru lantaran motor yang dia kendarai tak dilengkapi spion. Padahal, spion motornya rusak akibat kecelakaan di hari sebelumnya.
Saat sedang memarkir motornya, datanglah guru berinisial F. Dinilai tak mengindahkan peringatan sang guru, SW pun mendapat tamparan di pipinya. “Dikira menantang, lalu guru F ini menampar saya sebanyak lima kali. Semuanya kena wajah, dan tamparannya itu keras,” kisahnya.
Tak terima dengan perlakuan guru F, SW memutuskan pulang dan mengadu ke orang tuanya. Proses mediasi di Polsek Mojoanyar pun tak mencapai titik temu. Pihak keluarga SW yang bersikukuh tak terima dengan sikap oknum guru tersebut, memutuskan melapor ke Polres Mojokerto.
“Kami tentu tak terima dengan sikap guru seperti itu. Keponakan saya ini sudah bayar uang sekolah tapi malah ditempeleng. Seharusnya jika memang salah karena spion, dibicarakan baik-baik,” kata Paman SW, Sugiarto (40).
Sementara Kepala Sekolah SMKN 1 Mojoanyar, Akhmad Muklason membantah pengakuan SW. Menurut dia, guru F hanya membekap mulut SW lantaran dianggap melawan guru dengan kata-kata kasar.
“Saat ditegur gurunya, SW malah memakai bahasa Jawa kasar (ngoko) pada gurunya. Dari penjelasan guru, dia tak ditampar tapi dibekap mulutnya agar tak celometan. Kalau tak salah banyak guru yang menyaksikan itu,” terangnya.
Muklason menjelaskan, untuk mengajarkan kedisiplinan kepada siswa, baik saat di sekolah maupun di jalan raya, pihaknya melarang semua siswa mengendarai sepeda motor protolan.
Sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar pun tak pernah dengan kekerasan. “Kami tak pernah sampai menempeleng atau memukul siswa. Siswa yang melanggar kadang diminta membersihkan sampah,” terangnya. (bud/uyo)