Pernah belajar dan dilatih pendekar wushu di negeri Cina

IM.com -Sujada Sumiati, atlet wushu asal Kabupaten Mojokerto sukses mendapatkan perunggu di PON XIX Jabar September 2016 bulan lalu. Selain itu, pada saat Pra PON ia menduduki ringking 8. Sujada atlet muda berbakat, yang telah membanggakan dan mengharumkan kabupaten Mojokerto dikancah prestasi Wushu.

Gadis, 20 tahun ini berstatus mahasiswi semester satu di Unesa Surabaya, kelahiran 4 April 1996 tidak dapat lepas dari dunai olahraga, terutama di bidang beladiri. Sebelum menekuni wushu, Sujada adalah atlet pencak silat. Justru beralih profesi dari pencak silat ke wushu, prestasinya justru lebih moncer.

Medali perunggu cabor wushu di Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19 Jabar, di Bandung, Rabu (21/9) lalu adalah sebagai buktinya.’’waktu masih duduk di sekolah dasar, saya menekuni olahraga bola voli O2SN mewakili Jatim tahun 2008 dan meraih medali perak. Ketika bosan, berolahraga bola voli, kemudian mencoba olahraga pencak silat, dicabir pencak silat pun, ia berbakat. Terakhir, tahun 2015 saya pindah ke cabor wushu sampai sekarang,’’ tuturnya.

Ada kisah menarik, ketika ia berguru wushu ke si empunya di negeri tirai bambu China. Meski, baru bergabung setahun di cabor wushu kemampuanya tak bisa dipandang remeh. Gerakan dasar yang didapat dari pencak silat, lebih mudah menerima gemblengan di negeri yang terkenal dengan olahraga kungfu itu.

Ia beralih profesi dari pencak silat ke cabor wushu tahun 2015, karena sakit hati lantaran dicurangi wasit, saat berlaga di Kejurkab Silat ( sakitnya tuh disini), ‘’katanya.

Kala itu, dia hampir saja menyabet juara jika saja tidak dianulir wasit gara-gara karena menendang sang lawan hingga mengenai leher. Hingga tim medis menyatakan lawannya tidak bisa melanjutkan pertarungan. Wasit pun menjatuhkan pelanggaran kepadanya dan pertarungan akhirnya dimenangkan oleh lawan.

Akan tetapi, beberapa menit kemudian, lawannya ternyata masih mampu berdiri dan sehat. Seakan tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya.’’Karena ada permainan pengurus dan wasit. Sejak saat itu saya sakit hati ini rasanya sesak didada. Tapi tidak tahunya justru gara-gara dianulir itu, penampilan saya dipantau oleh Pak Udin,’’ tambahnya.

Ya, Udin (pelatih wushu Kabupaten Mojokerto, Red) memang sengaja menelisik penampilan Sujada hingga akhirnya dia ditawari bergabung mengembangkan wushu di Mojokerto. Karena basik kedua cabor beladiri yang hampir sama, maka dia pun menerima tawaran itu.

Tak butuh waktu lama bagi Sujada hingga mampu menguasai gerakan-gerakan dan peraturan tanding wushu. Sampai pada Juni 2015, dia pun berkesempatan turun di Porprov Banyuwangi 2015 dan kali pertamanya tampil di ajang resmi sebagai atlet wushu.

Tak disangka-sangka, Sujada justru tampil cemerlang hingga akhirnya menyabet medali emas di nomor santa (tarung) 60 kg putri. ’’Pas lihat kejadian itu, Pak Udin langsung menawari saya di wushu, siapa tahu bisa ikut Porprov 2015. Dan akhirnya saya bisa dan menang,’’ jelasnya.

Tak sampai di situ. Penampilan apiknya di Porprov ternyata juga dipantau langsung Pengprov wushu Jatim. Hingga dirinya ditawari langsung masuk dalam bagian tim Puslatda PON kontigen Jatim untuk mengisi satu slot atlet yang kosong.

Selama 7 bulan digembleng di Puslatda, dia ternyata cukup mampu merubah gaya tarungnya hingga pada akhirnya dinyatakan lolos ke PON. ’’Saya langsung ditarik Pak Agus Suprayitno (pelatih wushu Jatim, Red) gabung latihan di Puslatda. Pas pra-PON, saya masuk 8 besar,’’ urainya.

Selepas itu, dia pun berkesempatan menimba ilmu di negeri China, tepatnya di Kota Henan sebagai tryout jelang PON selama satu setengah bulan. Di sana dia digembleng langsung oleh pendekar wushu asli dari cara stand up, pukulan, tendangan hingga bantingan yang kuat.

Sejumlah sparing pun dilakoni untuk menambah jam terbang tanding agar terbiasa fokus di PON. ’’Tetapi latihan di sana yang paling diutamakan adalah memperbanyak sparing. Utamanya belajar main pintar,’’ ungkapnya.

Namun, tryout di China ternyata belum cukup mampu menembus posisi teratas di PON. Dia masih kalah kelas saat harus berhadapan dengan peraih emas PON 3 kali berturut-turut, Moria Manalu asal DKI Jakarta di babak semifinal.
Hingga akhirnya hanya bisa duduk di posisi ketiga dengan raihan medali perunggu.

Kendati demikian, semangat tempurnya masih membara dan bertekad untuk membalas di PON tahun 2020 nanti.’’Saya di PON bisa mengalahkan juara-juara di pra-PON. Tapi pas semifinal lawan DKI Jakarta saya kalah. Nanti pasti akan saya balas di PON berikutnya,’’ pungkasnya.(wib/uyo)

426

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini