IM.com – Dari waktu ke waktu animo masyarakat yang tertarik untuk memainkan bantengan semakin berkembang sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bila sebuah desa memiliki kelompok bantengan. Fenomena inilah yang menjadikan kesenian tradisi tersebut menemukan ruang berkembang sedangkan masyarakat merasa menemukan media untuk mengekspresikan diri. Terpenuhinya dua prasyarat tersebut menjadikan bantengan tumbuh merata di desa-desa lantas diklaim oleh pihak pemerintah sebagai ikon Kabupaten Mojokerto.
Konon kesenian ini lahir di Desa Claket, Pacet, Kabupaten Mojokerto yang diciptakan oleh Mbah Siran. Petani tersebut menemukan sebuah tengkorak banteng tepi hutan. Daya kreatifnya kemudian menggugah pikirannya untuk “menghidupkan” kembali banteng tersebut melalui kesenian yang kemudian dikenal sebagai bantengan. Kini seni bantengan telah menjadi materi hiburan yang sering ditanggap untuk meramaikan hajatan maupun perayaan negara.
Demikian halnya ketika merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-72 yang dihelat Kecamatan Trawas. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 1000 bantengan menggetarkan arak-arakan sepanjang 4 km yang diberangkatkan dari Makoramil 0815/17, Jl. Raya Trawas menuju lokasi pungkasan di Desa Tamiajeng, Minggu (27/08/2017) siang.
Selain melakukan arak-arakan, 15 Paguyuban Bantengan yang meramaikan perayaan tersebut juga menggelar atraksi, ribuan penonton yang memadati ruas jalan yang dilalui dibuat terkesima. Pada prosesi pemberangkatan, Camat Trawas M. Iwan Abdillah dalam sambutannya menyatakan, sebagai warga Trawas sepatutnya bangga atas perkembangan kesenian bantengan yang lahir dari wilayah ini kemudian menjadi ikon Kabupaten Mojokerto.
Iwan juga berharap bantengan bisa menjadi pemikat wisatawan untuk berkunjung dan menyaksikannya di Trawas sehingga kehadirannya akan memberi kontribusi bagi pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Ikut serta memberangkatan peserta pawai adalah Danramil 0815/17 Trawas Kapten Arh Teguh PW, Kapolsek Trawas AKP Gatot Wiyono dan Kadiknas Kecamatan Trawas.