IM.com – Polres Mojokerto menggelar apel gelar pasukan dalam rangka persiapan petugas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten Mojokerto di halaman Mapolres Mojokerto, Selasa (12/9/2017). Sebanyak 350 personel berbagai elemen disiagakan untuk mengantisipasi (karhutla) di wilayah hukum Polres Mojokerto.
Kapolres Mojokerto, AKBP Leonardus Simarmata mengatakan, tak hanya TNI/Polri, dalam satgas tersebut juga turut terlibat sejumlah elemen masyarakat seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, polisi hutan (polhut) serta polisi wanita (polwan). “Jika ada korban perempuan maka yang efektif melakukan evakuasi adalah polwan,” ungkapnya.
Dalam karhutla, lanjut Kapolres, jangan sampai ini ada kesengajaan atau kelalaian sehingga menimbulkan karhutla. Untuk itu, pihaknya akan melakukan sosialiasasi melalui spanduk dan media untuk menghimbau agar tidak membakar lahan karena banyak kasus karhutla banyak terjadi karena disebabkan membakar lahan sendiri.
“Jika memang ditemukan warga yang membakar lahan, penegangan hukum merupakan hal yang terakhir tapi yang paling penting yakni bagaimana melakukan pencegahan. Inilah fungsinya satgas dibentuk untuk mempermudah penangganan karhutla di wilayah Mojokerto,” ujarnya.
Kapolres mengakui, jika mobil pemadam kebakaran hanya bisa sampai di titik tertentu sehingga perlu ada keterlibatan dan penambahan alat. Pihaknya berharap para relawan dibekali alat yang memadai untuk memadamkan api sehingga tidak hanya membawa badan saja.
“Jika masalah karhutla tidak bisa lagi ditanggani maka status akan ditingkatkan menjadi status bencana. Saat itu, maka BNPB akan turun tapi saat ini kaeus karhutla di wilayah hukum Polres Mojokerto masih bisa ditanggani oleh satgas di Mojokerto,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, M Zaini menambahkan, jika wilayah rawan kebakaran di Kabupaten Mojokerto terdapat di beberapa lokasi. “Yakni Jetis, Kemlagi, Dawarblandong, Pacet, Trawas, Gondang dan Jatirejo. Potensi kebakaran di Mojokerto melihat kecepatan angin masih cukup landai,” urainya.
Namun selain karena faktor cuaca, lanjut Zaini, ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya karhutla yakni pembakaran hutan secara sengaja yang dilakukan oleh oknum. Sampai saat ini, di Kabupaten Mojokerto sudah terjadi 12 kali karhutla mulai dari hutan lindung, taman hutan rakyat hingga lahan tebu milik warga.
“Totalnya, 25 hektar hutan dan 10 hektar lahan tebu. Namun sampai saat ini status masih siaga saat ini blm darurat dan kebakaran yang terjadi selama ini masih dilakukan penyelidikan terkai penyebabnya. Sehingga kami melarang membakar apapun di hutan dengan alasan apapun, kami juga akan bersinergi LMDH yang membantu merawat hutan selama ini,” pungkasnya.(ning/uyo)