IM.com – Sebagai salah satu kesenian tradisional yang legendaris, ludruk mulai tenggelam di tengah popularitas seni dan budaya modern.
Hal inilah yang mendasari PT Multi Bintang Indonesia Tbk (Multi Bintang) menyelenggarakan pagelaran dan diskusi budaya ludruk dalam rangka perayaan 20 tahun salah satu brewery miliknya yang berlokasi di Sampang Agung.
“Sebagai Perusahaan yang sudah berdiri selama lebih dari 85 tahun, kebudayaan Indonesia telah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari Multi Bintang,” kata Corporate Communication Manager PT Multi Bintang Indonesia Tbk Agnes Agastia, pada rangkaian perayaan 20 tahun Sampang Agung Brewery, di Mojokerto Sabtu (14/10-2017).
Selain pagelaran yang dibawakan oleh sanggar ludruk Karya Budaya, diskusi budaya juga dihadiri oleh beberapa pembicara terkenal seperti Cak Kartolo, seniman ludruk; Cak Edi Karya, Pimpinan Sanggar Ludruk “Karya Budaya”; dan Dr Yayan Sakti Suryandaru, Pengamat Budaya dan Media.
Ludruk merupakan sebuah pertunjukan drama tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Pada pementasannya, Ludruk menceritakan kisah-kisah kehidupan sehari-hari rakyat biasa, yang seringkali dibumbui dengan humor atau komedi dan kritik sosial. Pementasan Ludruk biasanya dibuka dengan Tari Remo dan parikan.
Hal ini disampaikan Edi Karya, salah seorang seniman ludruk yang juga pimpinan ludruk Karya Budaya asal Mojokerto. Dan dalam perkembangannya, menurut pria yang biasa dipangil Cak Edy ini, bahwa kini tantangan yang dihadapi ludruk sangat besar, terkait dengan perkembangan teknologi dan arus informasi dari luar.
“Sebenarnya ada tiga pilar yang mendorong keberlangsungan kesenian ludruk, yaitu seniman itu sendiri, masyarakat, dan juga pemerintah. Khususnya kepada seniman, itu harus kreatif dalam menciptakan cerita dan pagelaran yang menarik,” ujar Cak Edi.
Dan Cak Kartolo, yang merupakan salah seorang legenda hidup ludruk, pun mengamini hal yang sama.
Sementara itu, pengamat budaya dan media, Dr. Yayan Sakti Suryandaru menyampaikan bahwa, banyak terobosan yang perlu dilakukan agar ludruk bisa menjadi bagian dari budaya masyarakat, dan juga bisa dinikmati generasi muda.
“Selain bersama-sama meminta perhatian kepada pemerintah, yang bisa dilakukan oleh seniman ludruk ya mulai mengaktifkan social media-nya untuk bisa menjadi sarana dalam mempromosikan kesenian ludruk di masyarakat. Bisa melalui youtube atau media platform lainnya,” kata Yayan yang juga staf pengajar di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini menambahkan.
Setelah menggelar diskusi budaya tentang ludruk, di hari yang sama Multi Bintang juga menyelenggarakan kegiatan Kolaborasi Pagelaran ludruk antara Sanggar Ludruk Karya Budaya dengan Cak Kartolo cs, yang diadakan di lapangan desa Sampangagung, Kutorejo, Mojokerto. (uyo)