IM.com – Bupati Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa, menerima rombongan Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang untuk Indonesia (wilayah Surabaya) dipimpin Masaki Tani, Selasa (9/1-2018) di Griya Wira Bhakti Praja.Kunjungan ini dalam rangka membahas kerjasama yang dapat dibangun antara Pemprov Jawa Timur (Indonesia) khususnya Kabupaten Mojokerto, bersama dengan Pemerintah Jepang.
Masaki menawarkan kerjasama dalam bentuk bantuan hibah untuk membantu kebutuhan dasar masyarakat tingkat akar rumput. Seperti bantuan sarana air bersih, elektrifikasi desa, pengadaan alat medis rumah sakit, maupun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), serta bantuan untuk pelatihan dan masih banyak lagi.
Bantuan akar rumput (sebutan bagi mereka) maksimal untuk setiap proyek sejumlah 10 juta Yen atau sekitar Rp 900 juta (tergantung nilai kurs berlaku) yang tujuan dan manfaatnya harus jelas.
Dalam bantuan yang mereka tawarkan, ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi. Utamanya, bagi lembaga yang ingin mengajukan proposal. Salah satunya tidak boleh dari unsur pemerintah, harus berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau swasta yang terpercaya dan direkomendasikan. Persyaratan lain, lembaga tersebut paling tidak harus memiliki pengalaman minimal 2 tahun.
Bupati yang didampingi wakilnya, Pungkasiadi beserta Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Herry Soewito, menyambut positif rencana kerjasama yang dapat dibangun diantara keduanya. Banyak potensi Kabupaten Mojokerto yang dapat dimaksimalkan dalam program hibah akar rumput.
“Pemerintah Kabupaten Mojokerto menyambut baik kemungkinan kerjasama ini. Jepang punya hubungan kuat dengan kita di Jawa Timur khususnya Kabupaten Mojokerto. Karena cukup banyak investor dari Jepang yang berinvestasi di sini. Banyak desa berpotensi pariwisata baik pertanian seperti Kampung Organik Brenjonk di Trawas maupun wisata sejarah di Trowulan, yang sangat kita rekomendasikan untuk bantuan hibah,” terang bupati.
Kecamatan Trowulan yang kaya akan sejarah Majapahit misalnya. Masaki secara pribadi melihat sejarah Majapahit yang terpusat di Kecamatan Trowulan sebagai potensi wisata yang kuat. Masaki bahkan ingin mengundang para profesor dari Jepang untuk datang bertandang ke pusat kerajaan Majapahit di masa lampau ini.
“Kami sering komunikasi dengan dinas pariwisata di beberapa daerah. Wisata memang menjadi hal yang sangat menarik, terlebih jika potensi wisata daerah tersebut sangat spesifik dan tidak bisa ditemui di daerah lain. Sejarah Majapahit yang terpusat di Kecamatan Trowulan sangat menarik bagi kami, kerjasama bisa kita buat dengan mengundang profesor kami untuk datang kemari untuk mengunjungi sekaligus ikut membantu mengenalkan Trowulan,” kata Masaki. (ika/uyo)