IM.com – Kejadian luar biasa menimpah Jawa Timur akibat penyakit difteri yang menebar di beberapa wilayah kabupaten kota, oleh Gubernur Soekarwo disikapi dengan memerintahkan untuk melakukan imunisasi massal (Outbreak Response Immunization/ORI) bagi 10.717.765 anak berusia 1-19 tahun di 38 kabupatan/kota.
Di Mojokerto, gerakan imunisasi difteri di kawasan Kulon dilaksanakan pada hari Sabtu (03/02/2018) oleh Posyandu Anggrek di Kelurahan Blooto menangani 94 balita usia 1 – 5 tahun dengan memberikan Vitamin A.
Sementara di lingkungan Magersari, 226 siswa SDN 06 Wates ditangani oleh dr. Atma Negara bersama tim Puskesmas Wates. Sedangkan 102 siswa TK Bina Putra, Jalan Empu Nala dilayani oleh bidang Indah Sumiyadi dari Puskesmas Kedundung.
Selain di kedua lokasi tersebut, imunisasi difteri juga berlangsung di Posyandu Mangga, Kelurahan Gedongan yang dilakukan oleh tim Puskesmas Gedongan terhadap 25 balita. Kegiatan imunisasi di masing-masing wilayah mendapat pengawalan dari Babinsa dan Babinsmas setempat.
Danramil 0815/19 Magersari Kapten Arh Suminto menuturkan pihak Koramil tentu mendukung penuh imunisasi missal difteri dengan mengerahkan para Babinsa untuk membantu tim medis dari Dinas Kesehatan maupun Puskesmas di wilayah Magersari maupun Kranggan.
ANGGARAN ORI RP 98 MILYAR
Di Jawa Timur, kasus difteri tertinggi terjadi di Sampang, Gresik, Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, yakni kasus lebih dari 21 penderita. Sementara itu, daerah dengan kasus antara 10-20 penderita berada di Bojonegoro, Sidoarjo, Jombang, Batu, Kota Malang, Kab. Malang, Lumajang, Kab. Blitar, dan Kota Blitar.
“Saya sedih melihat hal ini, sebuah anomali ketika berbagai hal yang baik terjadi di Jatim, ada masalah lain yang membuat kaget kita, yakni permasalahan penyakit difteri ini,” tutur Pakde saat memimpin Rapat Koordinasi Pemantapan Outbreak Response Immunization Difteri se-Jawa Timur di Kantor Dinas Kesehatan Prov. Jatim Jl. A Yani Surabaya, medio Januari silam.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Ismudianto SpaK menjelaskan, bahwa penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Coryne ini sudah lama ada di beberapa negara termasuk Indonesia, yang cakupannya cukup tinggi. Penyakit yang ditandai dengan adanya membran di beberapa bagian tubuh seperti tenggorok, telinga hidung, dan vagina ini menular lewat percikan ludah penderita langsung.
“Penyakit ini ada obatnya, yang jika terkena obatnya seharga Rp.20 juta. Oleh karena itu, pencegahan, yakni melalui imunisasi adalah yang terbaik,” ujarnya sambil menjelaskan toksin atau racun yang dihasilkan bakteri ini menjadikan kelumpuhan pada kaki tangan, ginjal dan jantung. Istirahat sekitar dua minggu juga menjadi rekomendasi dokter agar pasien cepat sembuh.
Pakde Karwo juga mengharapkan dilakukannya penelitian penyebab anomali tersebut, untuk imunisasi akan diberikan sebanyak tiga sesi dengan interval pemberian 5 bulan, didukung anggaran sebesar Rp 98 milyar. (kim/uyo)