IM.com – Pendekatan partisipatoris yang menyebabkan suasana aman dan nyaman di Jawa Timur, disamping itu konflik juga paling kecil. Itu sebabnya Pemprov Jatim menggunakan paradigma pembangunan dengan pendekatan partisipatoris dengan melihat kondisi budaya yang ada kemudian masyarakat dilibatkan dalam merumuskan keputusan dan kebijakan.

“Saya kira pendekatan kepada masyarakat di masing-masing budaya ini berbeda. Pendekatan kultur seperti ini menjadi utama dalam melakukan apa saja, khususnya pelaksanaan program pemerintah,” kata Gubernur Jatim Dr. Soekarwo saat menerima calon peserta Program Pendidikan Reguler (PPR) Angkatan 57 dan 58 Lemhanas RI dari 12 negara sahabat di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (12/2/2018).

Pakde Karwo memaparkan keberadaan budaya lokal di Jatim yang terdiri atas budaya Arek, Mataraman, Madura serta Osing. Masing-masing budaya memiliki tokoh panutan dan pendekatan kultural yang berbeda pada masyarakat.

Dijelaskan, budaya Arek memiliki banyak kaum intelektual dan lingkungannya terdidik. Sebanyak 20 persen masyarakat Jatim menggunakan pendekatan budaya Arek, yang berada di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Jombang, Kab/Kota Malang.

Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, tokoh masyarakat, tokoh agama dan intelektual menjadi tokoh panutan pada budaya Arek. Dalam budaya ini, sebagian besar masyarakat mengembangkan industri dan UMKM.

“Masyarakat dengan budaya arek itu sangat rasional dan terdidik. Mereka bisa menyampaikan apa saja dengan data yang lengkap dan contoh yang jelas,” ujar Pakde Karwo sambil menyampaikan kondisi geografis Jatim sebagai Hub Kawasan Indonesia Timur.

Sementara itu, budaya Mataraman menggunakan birokrasi, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai pendekatannya. Budaya Mataraman berada di daerah seperti Kabupaten Tuban, Kab/Kota Madiun, Kabupaten Ngawi. Daerahnya agraris, diantaranya menghasilkan tebu dan padi.

“Kultur budaya Mataraman seperti di Solo dan Yogya. Ada sebanyak 45 persen masyarakat Jatim menggunakan pendekatan Budaya Mataraman,” jelasnya.

Berbeda dengan budaya Mataraman dan Arek, terdapat sebanyak 30 persen masyarakat masuk dengan pada budaya Madura, dimana peranan ulama sangat penting dalam budaya ini.

Budaya lokal lainnya yang ada di Jatim, yakni budaya Osing dengan birokrasi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama sebagai panutannya. Masyarakat yang ada pada budaya Osing ini tercatat sebanyak 5 persen. Daerah agrarisnya menghasilkan padi.

Pengetahuan dan pemahaman tentang tiga budaya tersebut, kata jelas Pakde Karwo, akan memudahkan keberhasilan pelaksanaan berbagai program dan bidang di Jatim.

Dalam sambutan pengantar, pimpinan delegasi peserta PPR Angkatan 57 dan 58 Lemhanas RI, Laksamana Pertama Budi Setiawan menjelaskan calon peserta lemhanas berkunjung ke Jatim untuk menjalankan program pengenalan budaya lokal selama enam hari. Untuk itu, calon peserta dijadwalkan mengunjungi berbagai obyek instansi pemerintah, militer, dan obyek wisata di Jatim.

Ke-13 personel menjadi calon peserta Program Pendidikan Reguler (PPR) Angkatan 57 dan 58 Lemhanas RI ini berasal dari 12 negara sahabat yakni Australia, Bangladesh, Fiji, Zimbabwe, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Arab Saudi, Singapura, Timor Leste, Laos, Sri Lanka. (kim/uyo)

53

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini