IM.com – Perguruan tinggi hendaknya bisa menerapkan Pancasila dalam keseharian atau sebagai working ideology. Hal ini penting dilakukan untuk mewujudkan kesatuan dalam kebhinekaan dan bentuk sapaan terhadap Pancasila yang saat ini berada di lorong yang sepi.
Gubenur Jatim Dr. H. Soekarwo mengatakan, sebagai perguruan tinggi katolik diharapkan juga memberikan fasilitas pendidikan yang sama bagi non katolik. Disamping itu, bagi anak-anak yang memiliki kemampuan akademik namun tidak mampu secara ekonomi juga diberikan bantuan dan fasilitas yang sama.
“Inilah wujud nyata working ideology berjalan dalam keseharian sebuah perguruan tinggi,” saat meresmikan Gedung Vidya Loka Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya Jumat (27/04-2018).
Menurutnya, kegiatan peresmian ini juga merupakan perwujudan working ideology, dimana semua kalangan hadir dan ikut menyemarakkan suasana. “Ini adalah kejadian luar biasa, diundang oleh Romo semua datang dan senang disini. Tidak ada konsep kebhinekaan yang saling menghargai seperti di negara kita ini,” ungkapnya.
Pakde Karwo menambahkan, konsep kebhinekaan ini telah tertuang pada Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pancasila sendiri mengandung tiga dimensi yakni dimensi realitas yang dibuat oleh para founding fathers, dimensi ideologi yang meletakkan cita-cita kedepan seperti apa, dan dimensi working ideology.
Oleh sebab itu, menyikapi hal ini kemudian NU merumuskan islam nusantara yang endingnya adalah memadukan konsep agama dan budaya. “Perkawinan antara agama dan budaya merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan yang kita hadapi selama ini,” tukasnya.
Lebih lanjut disampaikan, saat ini bhineka tunggal ika agak terdegradasi karena adanya ketidakadilan. Karenanya, ketidakadilan harus dicarikan solusi dalam kehidupan agar tidak mengganggu kebhinekaan. “Bagi orang kecil atau kaum marhaen selalu menunggu kehadiran Pancasila, dan tugas kitalah untuk membantu mereka dan mewujudkan bhineka tungga ika yang sesungguhnya,” pungkasnya. (kim/uyo)