IM.com – Sebanyak 182 siswa SDN Ngingasrembyong mendapat layanan imunisasi difteri Berupa vaksin Td 11 dan vaksin Td 5 dilakukan oleh Tim Medis dari UPT Puskesmas Kecamatan Sooko, Senin (23/07/2018).
Para siswa yang mendapat imunisasi difteri adalah mereka yang duduk kelas I sampai dengan kelas VI. Aksi kesehatan tersebut dilakukan oleh tim medis dari UPT Puskesmas Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto dipimpin dr. Nurul dibantu staf serta Bidan Desa Ngingasrembyong Efvi Fidiawati. Tiga anggota Babinsa Ngingarembyong juga ikut membantu, mereka adalah Serda Agus Sugihartono bersama Pelda Agus Riantono, Serma Medy Triono dan Serda Asnawi
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sedang marak diberitakan atau dibicarakan akibat adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Timur dan juga tersebar di daerah lainnya seperti Pontianak dan Banjarmasin. Kasus difteri tersebut dikabarkan telah ditemukan di 20 provinsi yang tersebar di Indonesia.
Munculnya penyakit tersebut menandakan bahwa program imunisasi difteri yang selama ini dilakukan pemerintah ternyata belum memenuhi target. Pencegahan difteri melalui program imunisasi dinilai penting untuk menghindari penyakit difteri pada anak yang dapat berakibat fatal karena toksin yang dihasilkan dari kuman penyebab difteri.
Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Bakteri tersebut menghasilkan toksin yang nantinya dapat meluas ke seluruh tubuh. Toksin bakteri tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan setempat dan menyebabkan terjadinya suatu selaput yang dapat menyumbat jalan napas.
Selain itu, toksin tersebut juga dapat beredar di dalam aliran darah dan mengakibatkan berbagai macam komplikasi lainnya seperti miokarditis (radang pada salah satu lapisan jantung) serta kelainan darah seperti trombositopenia (penurunan jumlah trombosit).
Gejala dan tanda difteri di antaranya adalah demam (suhu tubuh sekitar 38 derajat Celsius), munculnya selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan mudah berdarah jika dilepaskan, serta sakit ketika menelan. Gejala tersebut dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Selain itu, dapat ditemukan anak mengalami sesak napas disertai dengan suara mengorok.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui percikan cairan dari saluran pernapasan atau kontak langsung dengan cairan yang keluar dari saluran pernapasan misalnya ketika seseorang bersin atau batuk. Penularan lewat luka terbuka di kulit juga dapat terjadi, namun lebih jarang ditemui.
Imunisasi difteri diberikan melalui cara disuntikan. Pemberian imunisasi ini disarankan sejak bayi. Imunisasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis) merupakan imunisasi yang diberikan pada bayi sebanyak tiga kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Selain itu, dilakukan imunisasi ulangan berupa booster sebanyak 2 kali yaitu pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
Ada 3 jenis imunisasi difteri yaitu imunisasi DPT-HB-Hib untuk anak usia yang kurang dari 5 tahun. Imunisasi DT untuk anak usia 5 sampai di bawah 7 tahun dan imunisasi Td untuk anak usia 7 tahun ke atas
Pemerintah juga menyarankan pemberian imunisasi bagi anak Sekolah Dasar (SD) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Anak sekolah dasar atau sederajat kelas 1 wajib mendapatkan satu kali imunisasi DT sedangkan anak sekolah dasar atau sederajat kelas 2 dan 5 wajib mendapatkan imunisasi Td. Selanjutnya, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk bagi orang dewasa.
Dalam rangka mencegah penyebaran difteri lebih lanjut, pemerintah menyediakan imunisasi difteri secara gratis untuk anak usia satu sampai 19 tahun mulai bulan Desember 2017 di sekolah dan berbagai sarana kesehatan lainnya seperti Puskesmas dan Posyandu. (dim/uyo)