IM.com – Pergeseran lempeng bumi yang menimbulkan gempa terjadi di i kedalaman 10 km, tepatnya di laut 97 km Barat Daya Kabupaten Blitar, 8.95 LS dan 111.94 BT. Selain Kabupaten Blitar, getaran gempa berkekuatan 4,4 skala richter (SR) juga dirasakan hingga wilayah Malang Selatan.
Peta tingkat guncangan shake map BMKG menunjukkan, dampak gempa bumi menimbulkan guncangan pada II Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG atau II-III MMI di sebagian wilayah Blitar, Gondanglegi dan Ngliyep (Malang) Jawa Timur. Namun begitu, BMKG telah menyatakan gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengatakan, gempa di Blitar tidak membawa dampak besar. Pasalnya, menurut Soekarwo, seluruh kawasan Jatim yang berpotensi dan sering dilanda gempa telah dipasangi sistem peringatan dini atau early warning system.
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini menuturkan, peringatan dini ini sudah berjalan.
“Ya dipasanglah, tapi kita (Jatim) di sepanjang Pantai Selatan sufah ada semua,” ujarnya saat ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (1/10).
Pakde juga mencontohkan seperti halnya bencana longsor di Ponorogo. Justru korbannya bukan dari warga, namun petugas di lapangan. Karena para warga sudah mengamankan diri ketika mengetahui peringatan dini.
“Tapi ini juga kultural. Bukan semacam-macam alat saja,” ujar Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini.
Belum diketahui pasti apakah gempa di Kabupaten Blitar ini berkaitan dengan tsunami di Palu dan Donggala, Selawesi Tengah. Namun yang jelas, aktvitas lempeng bumi di Indonesia sedang tinggi.
Mirisnya, situasi ini semakin berbahaya karena alat pendeteksi tsunami (buoy) di seluruh Indonesia sedang rusak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, tidak ada satu pun buoy yang beroperasi sejak 2012.
“Bisa ditanyakan ke BMKG, mengapa 2012 sampai sekarang enggak diadakan, mungkin ya soal dana,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwonugroho, dalam konferensi pers di Jakarta mengenai penanganan gempa Palu dan Donggala, kemarin.
Sutopo juga mengeluhkan mitigasi bencana yang terkendala masalah anggaran.
”Pendanaan bencana itu terus turun tiap tahun. Ancaman bencana meningkat, kejadian bencana meningkat, anggaran BNPB justru turun. Ini berpengaruh terhadap upaya mitigasi. Pemasangan alat peringatan dini terbatas anggaran yang berkurang terus,” ujar Sutopo. (im)