IM.com – Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) menyumbang 54,98 persen dari total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim tahun 2017 sebesar Rp 219 triliun. Sokongan tersebut diperkirakan melonjak di tahun 2018 ini mengingat semakin menggeliatnya UMKM dengan platform digital atau teknologi informasi.
Data BPS menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal kedua 2018. Perekonomian di Jawa Timur tumbuh 5,57 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Menurut data tersebut, peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara year on year cukup signifikan terjadi pada lapangan usaha penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, mencapai 8,56 persen.
Kondisi ini terutama didukung dengan meningkatnya tingkat hunian kamar (penginapan dan hotel), serta bertambahnya jumlah rumah makan di Jawa Timur.
Pakar ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Gigih Prihantono mengatakan, manfaat teknologi informasi sungguh dirasakan masyarakat, pelaku bisnis, terutama UMKM. Sebab, ekonomi digital mampu mengefisiensi banyak biaya seperti mereduksi biaya pembuatan toko maupun biaya pengiriman.
“UMKM bisa meningkat kalau ekonomi digital juga akan meningkat. Karena, sekarang, shifting menggunakan ekonomi digital ini sangat membantu. Bisa jual ke mana saja tanpa perlu invest kantor dengan biaya transportasi yang tidak terlalu besar,” kata Gigih.
Ekonomi digital memang sedang menggeliat di Jawa Timur. Data Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur, sumbangan ekonomi digital terutama di bidang on demand service seperti transportasi online dan layanan antar makanan mencapai Rp 1,2 triliun.
Ketua Bidang Pariwisata Ekonomi dan Industri Kreatif Himpi Jatim Agitya Kamalalia mengatakan, dari data itu dia mengatakan, kontribusi ekonomi digital atas pertumbuhan ekonomi di Jatim cukup besar. Padahal beberapa bulan lalu Sri Mulyani Menteri Keuangan menyebutkan, kontribusi ekonomi digital hanya 6 persen dari PDB Indonesia.
“Jadi sebenarnya, peluangnya masih banyak sekali. Rp 1,2 triliun itu hanya di 2017 ya, untuk 2018 ini belum. Mestinya lebih besar lagi,” ujarnya di Surabaya, Selasa (16/10/2018).
Menurutnya, keberadaan ekonomi digital sudah tidak terelakkan lagi. Pesatnya pertumbuhan pengguna internet dan smartphone di dunia mendorong hadirnya ekonomi digital. Hal ini pun telah mengubah pola pikir, perilaku konsumen, serta pengambilan keputusan baik individu maupun perusahaan. Semuanya, kata dia, harus ikut berpartisipasi di ekonomi digital.
“Yang paling kentara, memang e-commerce dan transportasi online. Meskipun saat ini fintech sudah berkembang, musik dan entertainment juga bisa dibeli online, serta di bidang kesehatan dan pendidikan. Ini semua bergantung bagaimana kita menyikapinya, ini akan menjadi pisau bermata dua, apakah kita mau menggunakan atau meninggalkannya?” ujarnya. (sun/im)