IM.com – Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim mendeteksi ada 54 jaringan narkoba yang beroperasi di Jatim. Salah satunya berhasil dibongkar di Kota Mojokerto pada Selasa (13/11/2018) dengan barang bukti 372,87 gram sabu-sabu dan tiga tersangka yang diamankan.
“Mulai Januari sudah kita lakukan pengintaian. Yang kita ungkap di Mojokerto tanggal 13 November kemarin termasuk bandar besar yang sudah kita intai satu tahun,” papar Brigjen Pol Bambang Budi Santoso Kepala BNNP Jatim, Sabtu (17/11/2018).
Jaringan Mojokerto yang dikendalikan Achmad Sulem disebut bandar kakap karena nilai transaksinya dalam jual beli narkoba yang besar. Bahkan jaringan ini punya sekitar 20 tabungan (ATM) dengan saldo yang fantastis. Puluhan rekening ini dikhususkan untuk transaksi narkoba(Baca: BNN Bongkar Sindikat Sabu Mojokerto Jaringan Aceh).
Bambang menyebut, Achmad Sulem Cs merupakan jaringan yang terkoneksi dengan seorang bandar di Aceh yang pengedarnya tersebar di beberapa daerah. Bahkan ada anggota DPRD di Sumatera Utara yang disebut terlibat dalam sindikat ini.
“Ada anggota dewan di Sumut yang terlibat memasukkan narkotika. Ternyata jaringannya ada di sini (Mojokerto). Mereka mengkader orang-orang yang tidak akan menyangka akan direkrut sebagai sindikat, tapi kita temukan barang bukti di rumahnya luar biasa,” ujarnya.
Brigjen Pol Bambang menegaskan, jaringan narkoba memang termasuk kejahatan yang sulit diberantas. Penyebabnya, jaringan narkoba kebanyakan menggunakan sistem ranjau yang selalu melahirkan sel-sel baru kendati induknya (jaringan lama) sudah terbongkar.
“Makanya, penanganan narkotika tidak akan pernah selesai karena mereka sistemnya sistem ranjau, hantam sini lalu muncul delapan jaringan yang mungkin jaringan baru,” tuturnya.
Brigjen Pol Bambang menegaskan, jaringan narkoba memang termasuk kejahatan yang sulit diberantas. Penyebabnya, jaringan narkoba kebanyakan menggunakan sistem ranjau yang selalu melahirkan sel-sel baru kendati induknya (jaringan lama) sudah terbongkar.
“Makanya, penanganan narkotika tidak akan pernah selesai karena mereka sistemnya sistem ranjau, hantam sini lalu muncul delapan jaringan yang mungkin jaringan baru,” tuturnya.
Apalagi, sosok dan penampilan para pengedar ini tak mencolok atau jauh dari sangkaan masyarakat. Para pengedar ini biasanya menyamar dalam berbagai profesi pekerjaan.
“Ada yang kamuflasenya di sini dengan berjualan cilok. Ya tentu orang-orang enggak akan menyangka,” kata Bambang.
Untuk itu, BNNP Jatim tidak hanya melakukan penangkapan para pengedar narkoba, tapi juga melemahkan sumber pendanaan dengan menelisik aset yang dimiliki.
Bambang melanjutkan, para pengedar saat ini memiliki pola distribusi yang berbeda dibanding sebelumnya. Dalam satu pengiriman, pengedar ini menggunakan jalur distribusi yang berbeda-beda.
Serta mereka tidak menggunakan kurir sebelum narkoba sampai ke tempat tujuan karena mempertimbangkan nilai narkoba yang cukup besar jika pengiriman berhasil tercium polisi.
“Mereka itu dari Aceh jalan darat, sampai di Jogja dia terbang (jalur udara, red), kemudian dia turun, terus nyambung sama bus antar kota antar provinsi. Mareka tidak menggunakan kurir setempat sebelum sampai ke tempat tujuan,” jelasnya.
BNNP Jatim terus melakukan pemantauan beberapa jalur terutama jalur udara dengan rute penerbangan baru.
“Seperti Surabaya ini membuka rute (penerbangan, red) baru dari Kuala Lumpur ke Banyuwangi, nah kita juga pelototi itu karena mereka rata-rata dari Banyuwangi langsung menyebrang ke Bali,” jelasnya.
Karena itu, BNNP Jatim mengharapkan peran semua lapisan masyarakat dalam pemberantasan narkoba ini. Pihaknya menghimbau agar masyarakat tak segan dan takut untuk melaporkan ke pihak berwenang jika mengetahui hal-hal dan gelagat yang mencurigakan.(sun/im)