IM.com – Penularan Tuberculosis (TBC) di Kota Mojokerto semakin meresahkan. Hingga triwulan tiga tahun 2018, Dinas Kesehatan Kota Mojokerto mencatat sudah ada 186 kasus.
Sejak 2016, kasus TBC terus meningkat. Jumlah 216 kasus pada tahun 2016 naik menjadi 277 kasus di tahun berikutnya. Sementara sampai dengan triwulan ketiga tahun ini, temuannya sudah mencapai 186 kasus.
Situasi meresahkan ini membuat TB Care Aisyiyah Kota Mojokerto semakin giat bekerja.
Organisasi yang fokus pada penanggulanan TBC ini melakukan kajian akademik untuk penyusunan regulasi yang tepat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan TBC. Pengkajian ini melibatkan Tim Peneliti dari UGM dan UI.
“Kami bekerja sama dengan Global Fund (GF) . Hasil kajiannya sudah kita sampaikan ke Dinkes, Bagian Hukum, Bappeko dan DPRD,” ujar Kepala SSR TB Aisyiyah Kota Mojokerto, Tatik Lutfiati, Selasa (20/11/2018).
Untuk itu, pihaknya meminta agar pemkot segera menerbitkan regulasi penanggulangan TBC. Regulasi ini penting untuk mencegah penyebaran TBC dan pengobatan pasien yang sudah positif terpapar.
“Kita sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait kerawanan penyebaran TBC di Kota Mojokerto, kita juga sudah sudah mendorong agar segera dibuatkan regulasi dalam bertuk peraturan walikota (perwali) terkait penanggulangan TBC,” ungkap Tatik
Sementara Dinas Kesehatan sudah merencanakan aksi daerah untuk menanggulangi tingginya kasus TBC di kotamadya yang hanya menaungi tiga kecamatan itu. Rencana aksi daerah ini akan melibatkan OPD terkait, antara lain tiga camat dan Lurah serta organisasi masyarakat termasuk TB Care Aisyiyah.
“Pembahasan penyusunan rencana aksi daerah ini akan digelar di Rabu (21/11/2018) di gedung pertemuan Nusantara Pemkot Mojokerto. Pak Sekdakot Mojokerto dan perwakilan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur juga hadir,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Christiana Indah Wahyu.
Sebelumnya diberitakan bahwa jumlah penderita TBC di Jatim merupakan tertinggi kedua se-Indonesia. Salah satu daerah yang menyumbang angka kasus TBC cukup tinggi adalah Kota Mojokerto. (Baca: Kawasan Kumuh di Mojokerto Jadi Sarang TBC, Penderita di Jatim Tertinggi Kedua).
SSR TB Aisyiyah menemukan, penyebaran penyakit TB di Kota Mojokerto banyak ditemukan di lingkungan kumuh, miskin, terbelakang (kumistebal). Kebanyakan penderita TB tinggal di area tersebut. (im)