IM.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur kembali mengingatkan masyarakat agar mewaspadai bencana banjir yang mengintai 22 kabupaten/kota dan bahaya tanah longsor di 13 kabupaten/kota. Salah satu daerah yang rawan terdampak bencana banjir adalah sejumlah kawasan di Kabupaten Mojokerto yang berada di pinggir aliran sungai Brantas.
Hampir setiap tahun saat musim penguhujan, daerah di sekitar aliran sungai Brantas di Kabupaten Mojokerto memng menjadi langganan banjir.
“Sungai brantas termasuk dari tujuh aliran sungai di Jawa Timur yang rawan meluap dan membanjiri daerah sekitarnya,” ungkap Kepala BPBD Jawa Timur Subhan, Kamis (29/11/2018).
BPBD Jatim telah memetakan 22 kota/kabupaten yang rawan banjir di antaranya, Bojonegoro, Lamongan yang dilewati Sungai Bengawan Solo; Kabupaten Mojokerto yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Kemudian Sungai Welang-Rejoso, Sungai Bajul Mati Banyuwangi, Sungai Pekalen Situbondo, dan wilayah sungai di Madura.
Untuk daerah rawan bencana longsor disebutkan yakni diantaranya Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, Magetan, Nganjuk, Probolinggo, Malang, Batu, Banyuwangi, dan Lumajang.
Subhan juga menjelaskan, berbagai bencana dapat muncul pada musim hujan kali ini, seperti angin kencang, puting beliung, pohon tumbang, banjir, juga tanah longsor.
“Angin kencang yang menerjang Tulangan Sidoarjo menyebabkan 457 rumah di 8 desa rusak saat 19 November lalu. Hari yang sama angin kencang juga menerjang Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Gresik,” tutur Subhan.
Berkaca pada peristiwa itu, pihaknya mengatakan telah melakukan berbagai upaya, termasuk berkoordinasi dengan berbagai kabupaten/kota yang disebutkan rawan bencana untuk berkomitmen bersama mengatasi bencana yang mungkin akan terjadi.
“Berbagai pemangku kepentingan di daerah rawan bencana seperti BPBD setempat, Kodim, Polres, Dinas PU akan saling menjelaskan ketersediaan SDM, peralatan yang dimiliki, dan juga saling berkomitmen untuk menjadi rencana operasi jika terjadi bencana,” paparnya.
BPBD menjelaskan, ada empat tahapan yang dilakukan dalam siklus penanggulangan bencana. Empat tahapan yakni pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada tahap pertama itu, Subhan mengajak masyarakat sadar terhadap bencana yang mungkin terjadi.
“Kita sosialisasikan mengenai bencana. Kenali ancamannya, kurangi risikonya. Begitu kita jelaskan pada masyarakat,” jelas Subhan. (sun/im)