IM.com – Karakter pemilih di Kota Mojokerto tergolong cerdas. Mayoritas mereka dianggap tidak mudah kepincut politik uang (money politic) maupun janji manis calon Anggota DPR, DPD, DPRD maupun capres-cawapres.
Sikap positif itu setidaknya tergambar dari hasil identifikasi dengan metode survei yang dilakukan Badan Pengaas Pemilu Kota Mojokerto. Melibatkan 112 sampel atau responden, 57% di antaranya memilih kandidat DPR, DPD, DPRD maupun capres-cawapres berdasar program kerja yang mereka tawarkan.
Selain itu, 42% memilih calon karena faktor kedekatan atau sudah mengenal sosoknya. Hanya 6,6% yang memilih lantaran popularitas calon.
Yang lebih menggembirakan, sebanyak 79% responden menyatakan tak mau memilih calon yang membagi-bagikan uang atau materi lain untuk mempengaruhi pemilih. Sementara 21% mau memilih calon yang memberikan imbalan.
Tetapi pada dasarnya, mayoritas mereka tidak pernah menerima imbalan apapun dari pihak manapun saat akan memilih. Sebanyak 85% responden mengatakan itu.
Sisanya, 15% menyatakan menetapkan pilihan pada calon tertentu karena menerima imbalan materi dari si kandidat.
Secara umum, para responden kebanyakan (77%) tidak pernah melihat terjadinya praktik politik uang di lingkungannya saat pilkada maupun pemilu. Hanya 23% yang pernah melihat ada penyebaran money politic.
Adapun dari pihak pemberi imbalan, calon biasanya melakukannya melalui orang lain yakni tim sukses, pengurus parpol, tokoh masyarakat hingga pengurus RT/RW. Imbalan yang paling sering diberikan dalam bentuk sembako dan uang. (Baca: Sembako dan Uang Dominasi Money Politic di Kota Mojokerto).
Survei yang digelar pada 2-10 Maret 2019 ini menggunakan 4 indikator yang dirinci dalam 15 variabel. Dua merupakan indikator dari sisi aktor politik uang yang meliputi pelaku dan waktu serta tempat. Dua lainnya adalah perilaku pemilih dan bentuknya.
Dua indikator terakhir yakni perilaku pemilih dan bentuknya seperti yang sudah dibeberkan tadi diperkaya dengan jawaban tentang keputusan mereka dalam Pemilu 2019 nanti.
Sebanyak 95% sudah memantapkan hati untuk menyalurkan hak pilihnya pada 17 April nanti. Sedangkan 5% masih bimbang atau belum memutuskan untuk menggunakan hak pilihnya atau tidak.
Walaupun secara keseluruhan, semua responden mengaku sudah mengetahui bahwa pemungutan suara Pemilu 2019 digelar pada 17 April. Informasi terkait hal itu lebih banyak mereka peroleh dari media televisi (57%).
Lainnya, 16% lewat media sosial dan 13% dari alat peraga kampanye (APK) yang dipasang parpol maupun caleg dan calon Anggota DPD. Hanya 8% yang mengetahui pelaksanaan pemilu dari sosialisasi KPU melalui baliho maupun spanduk.
Survei ini melibatkan 112 orang responden (26 laki-laki dan 56 perempuan) yang dipilih dari berbagai jenjang usia dan latar belakang pendidikan jenjang SD sampai Sarjana. (im)