Petugas Bea Cukai Jawa Timur menunjukkan popok dan bungkus produk berbahan plastik merk Australia dan sejenisnya tercampur dalam 210 ton sampah yang diekspor Australia Oceanic Multitrading.

IM.com – Sampah impor Australia seberat 210 ton dalam 8 kontainer masih ditahan di Terminal Petikemas, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tak kunjung dikembalikan ke negara pengekspor. Jumlah itu hampir 25 persen dari total sampah Australia yang dibuang ke Indonesia sedikitnya mencapai 800 ribu ton per tahun.

Direktur Blue Environment Australia, DR Joe Pickin mengungkapkan, negaranya setiap tahun membuang 4 juta ton sampah ke luar negeri. Sebanyak 20 persen atau 800 ribu ton di antaranya masuk ke Indonesia. (Baca: Gagal Dibuang ke Jatim, 210 Ton Sampah dari Australia Menumpuk di Pelabuhan Tanjung Perak).

“Kita sudah lama keenakan dengan biaya daur ulang yang sangat murah (dengan mengirimnya ke negara lain) dibanding mengolahnya sendiri,” tutur Dr Pickin seperti dilansir salah satu media terbesar di Australia, ABC News.

Menurut Dr Pickin, perusahaan daur ulang banyak menguntungkan Australia karena telah mengeluarkan biaya untuk penampungan dan pemilahan sampah asal Negeri Kanguru.

“Tapi sekarang kita harus mengatasinya, kita harus membayar sedikit lebih mahal. Toh kita pada dasarnya mengekspor polusi,” papar Dr Pickin.

Sejak China menutup keran impor sampah dari berbagai negara, bisnis daur ulang dunia pun mengalami kekacauan. Salah satu dampaknya, kian banyak limbah plastik diselundupkan di antara bahan baku daur ulang kertas.

Tadinya, kata Dr Pickin, perusahaan daur ulang di China menyerap semua sampah tersebut, memilahnya, namun pengolahan residu sangat buruk sehingga menimbulkan banyak polusi. Meskipun perusahaan-perusahaan itu masih mau mengimpor sampah, namun Pemerintah China sudah tak mau lagi dan memutuskan untuk menutup pintu bagi sampah impor.

Maka, sampah-sampah itu akhirnya dikirim ke negara lain termasuk Indonesia, yang kini juga sudah mulai melakukan penolakan. Pekan lalu misalnya, petugas bea cukai menolak 210 ton limbah kertas Australia yang positif terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

Sebanyak 210 ton sampah yang masih menumpuk di Terminal Petikemas Tanjung Perak diekspor oleh Australia Oceanic Multitrading dengan bantuan perusahaan lokal asal Jatim, PT MDI, yang bertindak selaku importir. Menurut bea cukai Jatim, kementerian lingkungan hidup Indonesia merekomendasikan agar limbah itu dikembalikan ke negara asal karena terdeteksi mengandung plastikdan limbah B3.

Prigi Arisandi dari LSM Ecoton menyebutkan, pengaruh limbah plastik ini, sangat berbahaya bagi tubuh manusia. (Baca juga: Ecoton Desak Pemerintah Perketat Pengawasan Impor Sampah).

“Orang Surabaya minum dari sungai ini sehingga akan masuk ke dalam tubuh dan darah kita,” katanya. (im)

46

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini