IM.com – Kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Mojokerto dalam beberapa bulan terakhir bakal berdampak panjang. Sebanyak 61 waduk di 11 kecamatan di Kabupaten Mojokerto diprediksi keringan hingga musim hujan tiba sekitar Oktober-November nanti.
Waduk-waduk di 11 kecamatan itu mengalami kekeringan sejak dua bulan lalu. Imbas kekeringan tersebut sangat dirasakan oleh para petani, terutama yang ada di area sekitar waduk.
Salah satunya, Ningsih, petani yang memiliki lahan di sekitar Waduk Talunblandong, Kecamatan Dawarblandong. Menurutnya, kemarau panjang di tahun 2019 ini mengakibatkan waduk Talunblandong kering sejak dua bulan lalu. Padahal waduk itu selama ini dimanfaatkan warga dan petani untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
“Tidak seperti tahun lalu, masih ada kiriman hujan sesekali. Jadi hasil tanam jagung juga mencapai tujuh kuintal dalam satu hektare,” tuturya.
Selain kekeringan, yang paling meresahkan bagi para petani Dawrblandong adalah serangan hama tikus yang merajalela. Tahun ini, Ningsih, hanya bisa panen empat kuintal jagung.
“Tahun ini memang sangat berat. Lahan tanaman jadi mengering, ditambah lagi faktor lain seperti hama,” ujarnya. (Baca: Hama Tikus Kian Gencar Serang Pertanian Dawarblandong, Pemkab Diminta Turun Tangan).
Sebanyak 61 waduk di 11 kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang mongering tersebar masing-masing di wilayah utara Sungai Brantas di Kecamatan Jetis ada tiga. Kemudian Kecamatan Kemlagi tujuh waduk, dan terbanyak Kecamatan Dawar 36 waduk.
Sedangkan, delapan waduk tersebar di Kecamatan Sooko, dan masing-masing satu waduk di Kecamatan Bangsal, Kuterejo, Pungging, Puri. BPBD mengaku sudah menanggulangi masalah ini dengan menyuplai suplai air bersih dari pemkab setiap harinya.
“Kekeringan ini berimbas pada pertanian, peternakan, dan kebutuhan masyarakat sehari-hari.,” jelas Kabid Rehabilitasi Rekonstruksi BPBD Kabupaten Mojokerto Dian Sugeng, Sabtu (14/9/2019).
Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Oktober 2019. Diperkirakan, seluruh waduk yang ada di Kabupaten Mojokerto akan mengering sampai bulan depan.
“Jumlah waduk yang ada di Kabupaten Mojokerto ada 61. Pada titik menuju puncak kemarau diperkirakan Oktober nanti, umumnya sudah mengering tidak ada air,” kata Dian Sugeng.
Selain kekeringan, kemarau panjang juga memicu kebakaran yang melahap 157 hektare lahan Perhutani Pasuruan dan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo. Di antaranya hutan KPH Perhutani Mojokerto seluas 18 hektare, KPH Mojokerto 15 hektare, KPH Pasuruan 15 hektare, dan terluas di wilayah hutan Tahura R. Soerjo139 hektare.
“Rata-rata yang terbakar area semak-semak dan tumpukan daun-daun kering,” paparnya. Banyaknya area lahan hutan yang terbakar, tak lain disebabkan faktor medan yang sulit.
“Bahkan tidak bisa dijangkau tim atau petugas. Soalnya terlalu curam, dan angin yang cukup kencang,” imbuhnya. (im)