IM.com – Dunia pendidikan di Kabupaten Mojoketo kembali mencuatkan ironi. Lima ruangan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan SMPI Sabillurrosyad di Jalan Raya Kartini, Dusun Gedagan, Desa Jolotundo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto yang tidak pernah tersentuh renovasi selama 8 tahun, kini mengalami kerusakan parah.
Ironisnya, bangunan kelas sekolah di tersebut rusak akibat pergerakan tanah akibat getaran dari kendaraan berat dengan muatan melebihi tonase yang sering melintas di wilayah itu.
“Banyak kendaraan melebihi muatan sering lewat di dekat sini,” Kepala Madrasah MI Sabilullrosyad,
Suminto mengungkapkan, pihak sekolah hanya bisa menghimbau siswa untuk bergegas keluar kelas seusai jam pelajaran. Mirisnya, para siswa diminta segera berlindung di bawah meja jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti atap ambruk.
“Kami berharap pemerintah turun tangan membantu perbaikan,” ujarnya.
Pihaknya mengaku pernah mengajukan permohonan bantuan ke Pendis Education Management Information System (EMIS) Dirjen Pendis Kementrian Agama. Tetapi sampai sekarang belum ada respon dari pihak Kemenag.
“Hampir setiap tahun kami mengajukan bantuan lewat online EMIS. Sekolah ini terakhir mendapatkan sentuhan pembagunan pada 8 tahun yang lalu,” tuturnya.
Sekolah yang terletak, Kabupaten Mojokerto ini digunakan belajar oleh Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama Islam (SMP-I) Sabilullrosyad. Lima ruangan sekolah yang terlihat rusak parah yakni kelas 1, 2, 3.
Lalu satu ruangan UKS dan Perpustakaan. Pintu kelima ruangan itu juga tak bisa ditutup.
Lima ruang tersebut mengalami keretakan pada bagian dinding, kerusakan terparah terjadi pada ruang perpustakaan. Ruangan lain yang mengalami kerusakan cukup parah terlihat pada ruang kelas 2.
Pada bagain pojok utara mengalami keretakan pada dinding bagian atas pintu dan juga pada ruang UKS serta kelas 1 yang juga mengalami kerusakan lumayan parah.
Lantai di celah-celah keramik di salah satu ruangan juga terlihat terbuka sepanjang 7 meter dan lebar 1 meter. Lantai itu juga ambles deng
Munif, guru agama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sabilullrosyad mengatakan, kerusakan paling parah terjadi di kelas 2 dan Perpustakaan.
“Awalnya, kerusakan hanya terjadi pada ruangan Perpustakaan, kemudian seminggu kemarin kerusakan merembet ke ruagan lain,” ungkapnya. Senin (18/11/2019).
Munip mengaku, para siswa yang kelasnya mengalami kerusakan parah terpaksa tetap belajar di ruangan yang rusak itu. Ini karena tidak ada ruangan lain yang bisa digunakan untuk para siswa belajar.
“Hanya 28 siswa Kelas VII yang juga menggunakan ruang Kelas 3 MI,” ujar Munip.
Total siswa SMPI sebanyak 105 anak. Sementara siswa MI ada 205 anak, sebanyak 87 siswa di antaranya harus belajar di ruang kelas yang rusak parah. Mereka adalah 19 siswa kelas 1, 35 siswa kelas 2 dan 35 siswa kelas 3. (im)