IM.com – Tiga warga Desa Lebak Jabung, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto yang melakukan aksi jalan kaki menolak tambang belum mendapat kesempatan bertemu Presiden Joko Widodo, Kamis (6/2/2020). Sebagai gantinya, Ahmad Yani (45) dan dua kawannya, Sugiantoro (31), Heru Prasetiyo (24) berorasi di seberang Istana Merdeka, Jakarta.
Setelah enam hari menempuh perjalanan panjang dan melelahkan dari Mojokerto, ketiga warga melanjutkan jalan kaki sekitar 4 jam dari Kantor Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) di Jalan Mampang Prapatan, Jaksel ke Istana Merdeka.
Aksi unjuk rasa Yani Cs didampingi aktivis dari JATAM dan WALHI dengan pengawalan kepolisian. Mereka juga membentangkan bendera Merah Putih dan memasang poster di tubuh dengan tulisan “Tolak Tambang di Sungai Woro, Mojokerto. Jangan Jadikan kami Salim Kancil yang ke-2 di Jawa Timur”.
“Bagaimana kami bisa melestarikan sungai, hutan lindung kalau sudah dirusak tambang,” tandasnya.
Lokasi tambang berada di bantaran Sungai Boro dan dekat dengan Kawasan Hutan Lindung yang di kelola Perhutani Mojokerto. Di lokasi itu juga terdapat situs sejarah dan reliji, Makam Kyai Ageng Ulama yang melakukan dakwah Islam di Majapahit.
“Presiden Jokowi, bebaskan hutan dari tambang. Biarkan sungai dan hutan lindung bekerja sesuai fungsinya memberikan fungsi layanan alam bagi seluruh makhluk hidup yang ada di Bumi ini,” tegas Yani dalam orasinya.
Mereka mewakili sekitar 1.700 warga Lebak Jabung sesungguhnya ingin mengadukan aktivitas penambangan CV Sumber Rejeki dan CV Rizky Abadi yang membahayakan lingkungan dan warga. (Baca: Aksi Jalan Kaki Warga Penolak Tambang Lebak Jabung Menuju Istana Negara Hari Ini).
“Lingkungan kami desa diporak-porandakan perusahaan tambang. Kami butuh pertanian, pariwisata, perikanan, bukan tambang. Kami enggak mengharapkan kompensasi CSR,” ujar Yani. (im)