IM.com – Peringatan Hari Pers Nasional 2020 melahirkan organisasi jaringan baru dari para pelaku atau perusahaan media massa. Organisasi bernama Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) didirikan untuk menjawab tantangan media massa berplatform daring (online) di era teknologi informasi yang kian maju pesat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengapresiasi pendirian JMSI di sela peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2020). Deklarasi JMSI juga dilakukan serentak di 21 provinsi.
“Deklarasi JMSI ini merupakan keputusan yang tepat menyikapi tantangan besar yang sedang dihadapi masyarakat pers khususnya dan bangsa Indonesia secara umum,” kata Staf Ahli Menteri Kominfo Henri Subiakto dalam sambutannya pada deklarasi JMSI di Ruang Mendawai Hotel Aria Barito, Banjarmasin, Sabtu (8/2/2020).
Turut hadir tokoh pers nasional dalam deklarasi JMSI anrara lain Ilham Bintang, Sasongkotedjo, Rossiana Silalahi, dan Teguh Santosa. Tak ketinggalan beberapa tokoh pers di daerah seperti Dheni Kurnia, Mursyid Sonsang, Syahrial Aziz, dan Mahmud Marhaba. Serta Walikota Kota Banjarmasin Ibnu Sina.
Menurut Henri Subiakto, pada praktiknya media massa berbasis internet tidak hanya bersaing dengan sesama mereka. Tetapi juga dengan penyedia konten individual yang mendapatkan keuntungan dengan menyediakan beragam konten menarik bagi minat masyarakat.
“Tidak selamanya media dalam bentuk perusahaan seperti yang Bapak-bapak kerjakan,” ujar Prof Henri Subiakto.
Beberapa orang yang namanya besar berkat jejaring sosial di dunia maya antara lain Atta Halilintar, Awkarin yang punya nama asli Karin Novilda, juga Ria Ricis alias Ria Yunita. Nama-nama itu melambung setelah aktif memproduksi dan memposting beragam konten di jejaring sosial.
Harian Inggris The Sun melaporkan baru-baru ini Atta Halilintar mendapatkan keuntungan setara Rp 22 miliar setiap bulan. Sementara Awkarin yang memilih berhenti dari Fakultas Kedokteran UI mendapatkan keuntungan sekitar Rp 300 juta sampai Rp 500 juta per bulan.
“Mereka tidak perlu wartawan lagi. Mereka tidak merasa harus menjadi bagian dari organisas wartawan atau organisasi perusahaan media,” ujar Henri Subiakto.
Selain untuk menghadapi tantangan dari dalam negeri, JMSI juga dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dari luar negeri dalam bentuk beroperasinya apa yang disebut sebagai OTT, over the top, seperti Google, Youtube, Facebook, Instagram. Menurut Henri, keberadaaan banyak media sosial dengan beragam platform itu bisa melahirkan jurnalis handal.
“Everybody can be a journalist. Itulah sebabnya muncul persoalan seperti hoax, atau banyak information disorder, istilah yang disampaikan Pak Presiden tadi,” sambungnya.
Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang dalam sambutannya mengatakan PWI membutuhkan organisasi seperti JMSI dengan harapan perusahaan pers media siber yang tumbuh subur di Indonesia dapat menghasilkan karya jurnalistik yang bermutu dan bermanfaat.
“Anggota JMSI harus terus menerus mengingatkan wartawannya untuk menghormati kaidah dan etika jurnalistik,” ujar Ilham Bintang.
Adapun salah seorang pendiri, Teguh Santosa, yang diminta untuk menyampaikan sambutan mengatakan, JMSI didirikan untuk membantu terciptanya ekosistem pers yang sehat di tanah air.
“Ada sekitar 43 ribu media massa berbasis internet, dan jumlahnya mungkin akan terus bertambah,” ujarnya.
Setelah deklarasi, peserta yang merupakan perwakilan dari 21 provinsi secara aklamasi menunjuk Mahmud Marhaba sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum untuk menyelenggarakan Munas di Riau sekitar bulan Juli. Peserta deklarasi JMSI juga memutuskan pembentukan dua komite untuk membahas AD/ART dan pembuatan badan hukum.
Sementara itu secara terpisah Wakil Ketua Dewan Pers, Hendry Ch Bangun, menyambut baik deklarasi JMSI dan mempersilakan JMSI mendaftar ke Dewan Pers untuk menjadi konstituen Dewan Pers. (im)