IM.com – Pemerintah Kota Mojokerto menambah jumlah ramuan probiotik untuk menangani pasien positif dan orang tanpa gejala (OTG) virus corona. Racikan penguat imun tubuh dari bahan herbal ini dipercaya bisa menyembuhkan pasien Covid-19 secara bertahap.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, pemberian probiotik itu merupakan bagian dari ikhtiar Pemkot dalam proses menyembuhkan pasien positif maupun OTG corona. Upaya ini juga tak lepas dari jumlah OTG di Kota Mojokerto yang terus meningkat.
“Kami memberikan Karena dengan mengonsumsi minuman herbal tersebut mampu meningkatkan daya tahan dan kekebalan bagi tubuh pasien,” jelas Ning Ita, sapaan akrab Walikota Mojokerto dalam konferensi pers di Rumah Rakyat Hayam Wuruk 50, Magersari, Selasa (14/7/2020).
Diketahui data per Selasa (14/7/2020), jumlah OTG di Kota Mojokerto tercatat sebanyak 149 orang. Sementara total pasien positif mencapai 157 orang setelah ada tambahan 3 kasus baru hari ini.
Berdasar fakta itu, Pemerintah Kota Mojokerto semakin menggiatkan penggunaan probiotik kepada para pasien sejak satu bulan terakhir, utamanya kepada OTG yang terkonfirmasi positif. Tim satuan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 menambah persedian 3.000 botol probiotik menjadi 6.000 botol.
“Namun upaya penyembuhan dengan probiotik ini juga harus diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin. Memakai masker setiap kali keluar rumah, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak saat berada di area publik dan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) setiap saat, dimanapun dan kapanpun,” jelas Ning Ita.
Selama ini, jumlah kenaikan pasien sembuh di Kota Mojokerto terkesan lamban. Hal ini, lanjut Ning Ita, tidak lepas dari kebijakan atau regulasi dari Kementerian Kesehatan RI yang menerapkan swab test sebanyak dua kali bagi orang yang menunjukkan reaktif dari hasil rapid test. Sedangkan untuk dinyatakan sembuh dari Covid, pasien tersebut harus menjalani swab test sebanyak dua kali atau lebih dengan menunjukkan hasil negatif secara berturut-turut.
“Padahal saat ini, untuk menunggu hasil swab test dengan jarak swab test ke dua itu butuh waktu cukup lama. Hasilnya juga lama karena menunggu antrean, sedangkan jarak dari hasil swab test pertama dengan swab test selanjutnya juga butuh waktu lama lagi. Ini sangat tidak efisien. Orang sehat harus nunggu hasil tes selanjutnya, agar dinyatakan benar-benar sehat. Ini yang membuat peningkatan pasien sembuh di kota sangat lamban,” jelasnya.
Menurut Ning Ita, masalah tersebut juga dirasakan oleh pemerintah daerah lain khususnya di Jawa Timur. Untuk itu, pemerintah daerah pun masih menuggu hasil revisi perubahan dari peraturan Kementerian Kesehatan RI.
“Kalau suratnya sudah turun (hasil perubahan), saya yakin jumlah pasien sembuh di Kota Mojokerto akan naik drastis. Karena selama ini, orang sehat itu masih nunggu hasil swab test kedua agar dinyatakan sembuh dari Covid,” tuturnya. (*/adv)