IM.com – Tim ekskavasi menguak fakta baru dalam jejak sejarah Situs Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Struktur bangunan kuno di areal sekitar enam hektare itu rupanya bukan hanya candi pendermaan, tapi juga istana Raja (Bhre) Wengker, Kudamerta.
Fakta ini terkuak setelah tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menyelesaikan ekskavasi situs purbakala seluas 312 x 250 meter persegi pada 9 September 2020 lalu. Tepatnya pada sisi barat, ditemukan struktur bangunan kuno yang membentuk sebuah bangunan gerbang istana.
“Dari hasil ekskavasi kita lakukan kajian, dugaan kami sementara, Situs Kumitir ialah bekas kompleks puri atau pesanggrahan Bhre Wengker,” kata Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho di kawasan situs Kumitir, Sabtu (12/9/2020). Dalam Kitab Negarakertagama, imbuh Wicaksono, Puri Bhre Wengker disebut sebagai ‘Istana ajaib’.
Kerajaan Wengker dipimpin oleh Kudamerta atau yang dijuluki Bhre Parameswara menjadi salah satu wilayah bawahan Majapahit. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah selatan, meliputi Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo.
Raja Wengker merupakan menantu pendiri Majapahit, Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya. Dia setelah menikah dengan Bhre Dhaha atau Dewi Maharajasa, adik dari Tribhuwana Tunggadewi.
Wicaksono menuturkan, hipotesis Situs Kumitir sebagai jejak Istana Raja Wengker dapat dijelaskan dari tinggi dinding sisi barat yakni 2,3 meter, lebih rendah dari sektor timur. Ketebalan tembok mencapai 2 meter, sedangkan sisi timur hanya 140 sentimeter.
“Berdasar kajian dari hasil ekskavasi, asumsi kami Situs Kumitir ini bukan sekadar bangunan talud (tembok penahan) dan candi pendermaan,” ujarnya.
Hasil ekskavasi sejak 4 Agustus hingga 9 September 2020 yang dikaji tim arkeolog BPCB berupa temuan struktur talud, dinding, artefak, dan inskripsi. (Baca: Tim Ekskavasi Situs Kumitir Temukan Inskripsi Batu Bata, Ini Artinya).
Seluruh temuan itu dicocokkan dengan isi naskah Negarakertagama, Pararaton, Kidung Wigasari, sketsa rekonstruksi Maclaine Pont, sketsa rekonstruksi Stutterheim pada 1949, sketsa rekonstruksi Pigeaud, dan peta Kromodjojo Adinegoro pada 1921.
Sementara makam atau candi pendermaan Narasinghamurti atau Mahesa Cempaka yang meninggal setelah 1268 hanya bagian dari Istana Wengker. (Baca: Terkuak, Tembok Situs Kumitir Dibangun di Atas Pemakaman Kakek Pendiri Majapahit).
“Karena Mahesa Cempaka bukan seorang raja, oleh Bhre Wengker ia dibuatkan candi tapi tidak besar. Dugaan kami tempat pendharmaan itu ada di dalam Istana Wengker ini,” jelas Wicaksono. (Baca: Struktur Kuno di Desa Kumitir Ternyata Candi Pendermaan Leluhur Majapahit, Ini Sejarahnya).
Mahesa Cempaka adalah anak Ken Arok dari Ken Dedes yang masih terhitung leluhur Bhre Wengker. Berdasar catatan sejarah, Mahisa Cempaka merupakan kakek dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya dari garis ayah Dyah Lembu Tal dan ibu Rakeyan Jayadarma dari Kerajaan Sunda Galuh. (im)