IM.com – Fakta Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, yang menjadi tempat penimbunan sampah industri menarik perhatian pemerintah pusat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) berencana membangun fasiitas daur ulang sampah di desa tersebut sehingga dapat memperluas sumber perekonomian masyarakat.
Fasilitas daur ulang ini merupakan solusi menjadi menangani persoalan sampah sekaligus membuat masyarakat tetap produktif di masa pandemi Covid-19.
“Saya sudah melihat kondisinya di lapangan. KLHK segera konsolidasikan langkah-langkah yang bisa dilakukan, khususnya di bidang LHK. Akan terus kita intensifkan agar masyarakat dapat bangkit perekonomiannya,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Sabtu, (27/2/2020) .
Siti mengatakan, kebijakan Presiden Jokowi untuk kesejahteraan masyarakat semakin kuat dan jelas, melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Kegiatan masyarakat dimudahkan, seperti pendirian koperasi, jadi tidak hanya untuk dunia usaha. Pemerintah juga mempunyai kebijakan khusus untuk pembangunan desa.
“Dari Desa Bangun ini, kita dapat memetik pelajaran yang menguatkan kebijakan nasional bahwa sampah harus menjadi bahan baku yang bernilai,” tegas Siti.
Siti menyebutkan, ada beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan segera adalah menyediakan fasilitas pusat daur ulang yang akan menyerap tenaga kerja. Selai itu, pemerintah juga akan menyiapkan keterampilan SDM masyarakat yang dapat mengelola bank sampah bagi sekitar 800 hingga 1.000 kepala keluarga.
“Saya minta Dirjen kaji bersama akademisi, mungkin perlu dibangun 3 sampai 4 unit bank sampah, juga budidaya magot. Segera saja pekan depan Ibu Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah B3 (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati bicara dengan pak Kades untuk bisa menyertakan pelatihan virtual yang akan dilaksanakan pekan depan. Kita harus bekerja cepat untuk masyarakat, sesuai arahan Presiden Jokowi,“ tutur Siti.
Menteri Siti juga melakukan observasi wilayah untuk pengembangan usaha produktif masyarakat yang lainnya, seperti ekowisata fishing farm, budidaya ikan lele, dan lain-lain. Lokasi desa ini sangat strategis dan bisa menjadi Desa Pusat Pertumbuhan, karena di wilayah kota atau urbanized rural.
“Saya minta Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Bambang Supriyanto pada konteks kemitraan lingkungan juga bisa mengambil peran dukungan fasiltasi. Saya juga minta Dirjen PSLB3 untuk coba dilihat peluang orporate Social Responsibility (CSR). Karena desa ini lokasinya di tepi kota, tentu nanti juga dibarengi penghijauan tanaman pohon yang bermanfaat,” jelasnya.
Dalam kunjungannya ke Desa Bangun, Menteri Siti didampingi Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 (PSLB3) Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Bambang Supriyanto, Staf Khusus Menteri LHK, Penasihat Senior Menteri LHK, Direktur Pengelolaan Sampah, dan pimpinan UPT KLHK Provinsi Jawa Timur.
Turut hadir Plh. Bupati Mojokerto, Forpika Mojokerto, dan perangkat desa. Setelah dari Desa Bangun, Menteri Siti juga melakukan kunjungan lapangan ke situs arkeologis dan antropologis Trowulan dan Kumitir di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Sementara itu, Kepala Desa Bangun, Dedik Isharianto menyambut baik dan mendukung langkah-langkah yang akan diambil. Ia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan lahan tanah bengkok desa untuk pengembangan kegiatan produktif masyarakat.
“Sekarang ini hanya 6 pengepul sampah plastik dan 3 pengepul kertas dan kardus yang tetap bekerja mengais rejeki dari timbunan sampah ini,” ujarnya.
Timbunan sampah yang menggunung di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto sempat menjadi sorotan aktivis hingga jurnalis asing. Sebab, gunungan sampah yang didominasi limbah industri itu membayakan kesehatan masyarakat sekitar juga lingkungan. (Baca: Sampah Impor Australia Banyak Ditimbun di Desa Bangun-Mojokerto).
Di desa itu juga, terdapat instalasi pengelolaan air limbah milik PT Pakerin. Setiap hari, pabrik kertas yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo itu membuang sedikitnya 75 ton sampah, yang mana 60 persen di antaranya mengandung bahan plastik yang tidak bisa didaur ulang. (Baca: Per Hari, 75 Ton Sampah Plastik Impor Dibuang ke Desa Bangun, 60 Persen Tak Bisa Didaur Ulang). (im)