IM.com – Istana Kepresidenan meminta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur lebih mengoptimalkan pengenalan situs dan budaya peninggalan Majapahit di Mojokerto dan sekitarnya. Hal itu bertujuan untuk memberikan edukasi dan pembelajaran kepada generasi muda tentang nilai luhur sejarah bangsa.
Demikian disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana saat mengunjungi sejumlah situs peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Senin (8/3/2021). Dalam kesempatan itu, Ari menyampaikan apresiasi kepada BPCB Jawa Timur dan jajaran yang telah bekerja giat melakukan ekskavasi berbagai situs baru di tengah situasi pandemi.
“Apa yang menjadi temuan agar terus disampaikan, disebarluaskan, agar masyarakat semakin memahami dan mencintai warisan sejarah bangsa melalui penemuan-penemuan bersejarah yang mencerminkan keunggulan bangsa di masa lalu,” kata Ari dalam keterangan pers yag diterima Selasa (9/3/2021).
Kunjungan Ari Dwipayana ke BPCB Jatim disambut Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktoral Jenderal Kebudayaan Judi Wahjudin, Kepala BPCB Jatim Zakaria beserta jajaran, pejabat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto dan Camat Trowulan.
Menurut Ari, BPCB hendaknya mulai mengoptimalkan pemanfaatan media-media internet yang kekinian, yang sesuai dengan minat generasi saat ini sebagai sarana pengenalan berbagai temuan sejarah. Pemanfaatan medsos dan media audio visual akan lebih menarik bagi generasi muda.
Ari mencontohkan dan mengapresiasi upaya yang dilakukan Arkeovlo, sebagai salah satu cara yang menarik untuk memperkenalkan situs dan penemuan-penemuan budaya kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
Ari menjelaskan tujuan kunjungan untuk melihat kehadiran situs sejarah dapat memberikan edukasi nilai-nilai masa lalu yang relevan dengan kondisi saat ini, sekaligus menemukan cara, bagaimana nilai-nilai luhur tersebut dapat ditularkan, dipindahkan menjadi pengetahuan, bahan pembelajaran bagi generasi muda.
Ia mencontohkan tentang situs besar Candi Prambanan dan Borobudur, di mana banyak nilai yang bisa diteladani seperti toleransi, keharmonisan, warisan nilai masa lalu yang tetap relevan sampai hari ini.
Dia menekankan situs-situs yang dikelola dengan baik, yang dilengkapi konten kuat dan akurat penting, tidak hanya untuk meningkatkan kunjungan, tetapi mewariskan DNA bangsa di masa lalu kepada masyarakat Indonesia dan dunia.
Oleh karena itu, upaya pengenalan melalui penyelenggaraan kegiatan secara rutin dengan terus meningkatkan kualitas acara dan konten akan memberikan dampak kepada masyarakat sekitar situs bersejarah tersebut.
“Penyelenggaraan ‘event’, juga sebaiknya disertai pengembangan usaha-usaha kreatif, seperti produk-produk kreatif, suvenir yang memanfaatkan kekhasan situs,” jelasnya.
Jika suatu kawasan telah memiliki perangkat lengkap dan tertata dengan baik, masyarakat dapat menawarkan jenis wisata pilgrim atau ziarah dengan pasar yang spesifik dan masih terbuka luas.
Ari menyampaikan penanganan pengembangan wisata situs bersejarah memerlukan tata kelola yang spesifik dibandingkan dengan destinasi lain.
Meskipun bertujuan menarik minat wisatawan sebanyak-banyaknya, katanya, tata kelola situs bersejarah tidak boleh memberikan efek buruk pada situs, seperti timbulnya kerusakan atau vandalisme.
Ia menegaskan tentang keharusan ditemukan cara menarik wisatawan yang datang atas dasar rasa keingintahuan dan kepeduliannya, karena penghargaan atas kebesaran nilai situs tersebut.
Disisi lain, katanya, perlu dipikirkan cara, insentif bagi masyarakat yang ikut terlibat langsung dalam pengelolaan situs, sehingga tumbuh rasa memiliki, menjaga, dan memelihara situs.
Ari mengatakan Bali salah satu daerah yang telah menerapkan metode tersebut, dengan menggabungkan satu destinasi dengan kegiatan pariwisata.
Ari menilai, jika masyarakat mendapatkan keuntungan atas keberadaan satu destinasi, maka dengan sendirinya masyarakat akan mau terlibat dan sama-sama memelihara.
“Strategi besar pengelolaan situs bersejarah perlu dipikirkan dan dirumuskan dengan terlebih dahulu menyelesaikan berbagai persoalan yang menghambat proses tersebut. Salah satunya dengan menyelesaikan berbagai persoalan antarsektor yang terlibat dan dicarikan titik temu, sehingga pengelolaan berbagai situs dan peninggalan bersejarah dapat dilakukan secara optimal, ” ujarnya. (im)