IM.com – Kunjungan kerja Wakil Presiden RI, Prof Dr Makruf Amin di Mojokerto disambut unjuk rasa puluhan warga Dusun Seketi, Desa Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Jumat (3/6/2022). Aksi demonstrasi untuk menyuarakan kerusakan lingkungan parah yang terjadi di lingungan mereka dampak eksplorasi tambang galian C.
Dalam aksinya, pengunjuk rasa membentangkan poster dengan berbagai tulisan. Di antaranya, ‘Pak Wapres Tolong Kami!!! Perhatikan Kerusakan Lingkungan di Bumi Majapahit’, ‘Pak Wapres!!! Tolong Hukum Berat Perusak lingkungan!!’.
Korlap Aksi, Sujari mengatakan aksi ini untuk menunjukkan kepada orang nomor dua di RI itu kondisi lingkungan dan ekosistem alam di Mojokerto yang sudah sangat mengkhawatirkan.
“Kami warga Seketi menolak aktifitas galian C, kami mohon kepada Pak Wapres yang hari ini mengunjungi Mojokerto, tolong dengarkan keluhan kami,” tutur Sujari di lokasi, Jumat (3/6/2022).
Sujari menegaskan, warga juga meminta kepada Kapolri untuk menangkap mafia galian C ilegal. Ia juga berharap pemerintah mau melindungi kelestarian alam Mojokerto.
“Kami juga meminta ketegasan Pak Kapolri untuk menangkap predator Galian C Ilegal dan minta pemerintah untuk mencabut ijin penambang perusak lingkungan,” ujar Sujari.
Warga tidak hanya berteriak kepada pemerintah pusat. Mereka juga minta perlindungan kepada Bupati Mojokerto Ikfina Fatmawati.
“Tolong lindungi bumi Mojokerto, jangan mau kalah dengan perusak lingkungan, alam Mojokerto warisan untuk anak cucu,” tegas Sujari.
Sujari menceritakan, sebelum menjadi sebuah lokasi pertambangan Galian C, dahulu tempat itu merupakan sebuah lahan pertanian yang cukup subur. Namun saat ini berubah menjadi sebuah area galian yang mengangga lebar hingga ratusan meter.
“Awalnya, tinggi sekali, namun sekarang kedalaman sekitar 50 meter. Kami khawatir ini akan rawan longsor karena batu sebagai penyangga sudah di ambil,” ungkap Sujari.
Akibat galian tersebut, lanjut Sujari, jalan desa menjadi rusak lantaran dilalui truk dan alat berat setiap hari. Akibat jalan rusak banyak warga yang kecelakaan karena kondisi jalan licin dan berlumpur.
“Kondisi jalan sudah diketahui oleh pengusaha dan pemerintah Desa, namun tidak ada tindakan apa-apa,” ujarnya.
Tak hanya sampai disitu, menurut Sujari, warga di dusunnya saat ini juga mengeluh karena air sumur keruh dan kering. Padahal sebelumnya permasalahan ini tidak pernah terjadi.
“Sumur kering, karena sumber-sumber mata air sudah rusak. Padahal ini pegunungan, kok bisa susah air bersih,” pungkasnya. (cw)