IM.com – Penyebab bunuh diri Andri Budi Santoso (46), pengusaha produksi sepatu di Desa/Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Senin (20/6/2022), masih simpang siur. Firtryaningsih, calon istri Andri menepis tuduhan keluarga korban soal tuntutan pesta pernikahan yang meriah.
Firtryaningsih mengaku tidak pernah meminta atau menuntut Andri menggelar pesta pernikahan mewah dengan biaya belasan juta. Bahkan, ia menyetujui akad nikah dilaksanakan secara sederhana.
“Permintaanku sendiri biasa. Saya sudah syukur kalau nikah dikasih tumpeng dan selesai, gitu aja. Itu sudah saya sampaikan,” kata perempuan yang akrab disapa Fitry, Rabu (22/6/2022).
Pengakuan Fitry ini untuk menepis pernyataan anak sulung korban, Bima Prayuganing Santoso (18). Sebelumnya, pelajar kelas 2 SMK itu menyebut ayahnya diduga bunuh diri karena depresi memikirkan biaya respsi pernikahan mewah sesuai permintaan pihak calon istri.
Rencananya, Andri akan menikahi Fitryaningsih pada 3 Juli 2022. Pihak calon istri disebut meminta uang Rp 17 juta untuk pesta resepsi pernikahan.
Namun menurut Fitry, uang Rp 17 juta yang dibicarakan Bima sebetulnya hanya estimasi, bukan biaya pasti untuk resepsi pernikahan. Ia menyebutkan, perkiraan biaya itu bahkan sudah disepakati oleh dirinya dengan Andri.
“Biaya Rp 17 juta itu hanya jumlah perkiraan saja, sudah dibicarakan. Tapi aslinya belum tahu,” ujar Fitry.
Malah sebaliknya, Fitry mengungkapkan, estimasi biaya sebesar itu muncul lantaran Andri menginginkan pesta pernikahan harus meriah dengan iringan orkes dangdut. Kendati dirinya sudah menyarankan agar resepsi digelar sederhana saja.
Namun Andri tak mau mengikuti saran calon istrinya. Pasalnya, menurut Fitry, korban ingin mengundang teman-temannya berjumlah sekitar 150 orang.
“Dia (Almarhum Andri) meminta mengundang temanya 150 orang, ada teman bisnis, teman biasa, Disini jadi satu,” tandasnya.
Padahal jika mengikuti sarannya, lanjut Fitry, dengan hanya tumpengan tidak akan menghabiskan biaya sampai belasan juta. Perkiraannya, hanya akan menelan dana Rp 1,5 juta.
“Tumpeng Rp 400 ribu sudah dapat, akad nikah Rp 1 juta, cuma itu saja,” cetus janda asal Desa Dusun Losari, Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg.
Karena Andri bersikukuh, Fitry pun menerima saja kemauan sang calon suami. Setelah dirundingkan, kedua pihak akhirnya menyepakati perkiraan dana senilai Rp 17 juta yakni untuk orkes, katering dan dekorasi yang ditanggung bersama.
“Dia punya Rp 15 juta dan saya punya Rp 2,5 juta. Uangnya sudah dibawah Mas Andri, satu bulan yang lalu,” ungkapnya.
Fitry tidak menyangka calon suaminya itu bakal meninggal dunia dengan cara bunuh diri. Ia tidak bisa memastikan penyebab meninggalnya Andri, apalagi jika dikaitkan dengan biaya pernikahan.
Ia mengaku terakhir berkomunkasi dengan Andri sebelum meninggal dunia pada Senin (20/6/2022) siang melalui video call WhatsApp. Fitry juga memiliki firasat buruk atau kecurigaan apapun.
“Video call itu ya biasa saja, ngobrol biasa saja,” ucap perempuan berusia 29 tahun itu.
Hingga pada Senin petang, juru kunci makam Desa/Kecamatan Gedeg, Bambang Utomo menemukan jasad Andri tergeletak tak bernyawa di pusara istrinya, Sutiyaningsih. Saksi juga mendapati sisa racun serangga kemasan saset di bawah tubuh korban.
Selain itu, Bambang menemukan sebuah gunting yang dipakai korban membuka bungkus racun. Ada juga muntahan korban yang bercampur dengan darah. (Baca: Minum Racun Tikus, Pengusaha Sepatu Gedeg Tewas di Makam Istrinya)
Pihak kepolisian yang mendapat laporan langsung mendatangi lokasi dan melakukan olah TKP. Jenazah Andri kemudian dievakuasi ke RSUD RA Basoeni untuk divisum sekitar pukul 19.30 WIB.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait penyebab pasti Andri mengakhiri hidupnya. Polisi masih menunggu hasil visum sembari melakukan penyelidikan dan meminta keterangan para saksi. (cw)