IM.com – Tim ekskavasi situs Klinterejo di Kecamatan Trowuan, Kabupaten Mojokerto, menemukan gerabah diduga kuat celengan babi dan sejumlah koin kuno peninggalan era Kerajaan Majapahit. Benda-benda tersebut dalam kondisi tidak utuh dan pecah menjadi 9 keping, tetapi bentuknya masih terlihat mencolok.
Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur, Vidi Susanto mengatakan, gerabah kuno itu ditemukan di area penggalian sisi barat Balai Tani. Benda tersebut berada di kedalaman sekitar 50 senti meter (cm).
“Celengan babi ditemukan oleh penggali pada pekan pertama ekskavasi. Tidak terlalu dalam, kedalaman sekitar setengah senti meter,” katanya pada Rabu (9/11/2022).
Sebenarnya, celengan tersebut sudah pernah ditemukan oleh juru pelihara situs Klinterejo, Nur Salim, pada 2012 silam di dasar sumur. Sumur itu juga disinyalir bagian dari temuan purbakala. Letaknya disisi barat laut situs lengkung.
“Juru pelihara menemukannya saat membersihkan sumur bata lengkung. Lalu diamankan dipindahkan.
Nah dia baru ingat kalau pernah menemukan celengan itu setelah ditemukan lagi. Saat itu niatnya memang mengamankan hingga lupa,” jelas Vidi.
Fungsi celengan, lanjut Vidi, pada masa Majapahit untuk menyimpan uang kepingan yang terbuat dari emas atau perak. Tak hanya itu, uang emas atau perak yang disebut emas Ma, berbentuk seperti biji jagung turut dimasukkan celengan.
“Kalau melihat lubangnya bisa jadi tidak hanya buat uang kepingan. Bisa jadi juga buat emas ma, perak, kalau lobangnya mungkin bisa masuk. Jadi Mas ma itu uang dalam bentuk butiran jagung atau perak,” ungkapnya.
Namun, celengan lumrahnya ditemukan di situs permukiman. Sehingga, Vidi menduga kuat jika celengan itu sudah pernah bertransformasi atau dibuang ke dalam sumur.
“Dari bentuknya ada kesamaan dari beberapa yang telah ditemukan. Dulu ada temuan di salah satu situs Trowulan yang konteksnya sama. Umumnya memang ditemukan permukiman. Lalu ini kenapa ditemukan di dasar sumur?, kemungkinan sudah bertransformasi atau mungkin dibuang di dalam sumur,” beber Vidi yang juga anggota tim ekskavasi.
Sementara, temuan berupa koin kuno atau uang kepingan berjumlah 10. Koin tersebut ditemukan di lokasi ekskavasi sisi barat, tepatnya di area persawahan.
Masing-masing koin berdiameter 3 cm dan bernilai 1. Empat dari 10 koin tersebut kondisinya masih bagus dan tulisannya dalam bahasa mandarin, ‘Hsiang fu yuan pao’ masih bisa dibaca.
“Koin ini dari dinasti song utara dan dinasti ming. Abad ke 11 dan 15 awal. Disitu tidak disebutkan 1 yen atau apa, hanya 1,” kata Vidi.
Vidi menerangkan, dari penelitian yang didapatkanya koin tersebut merupakan alat transaksi. Ia bisa memastikan koin tersebut berlaku di kawasan nusantar kala itu. Mengingat, pada abad ke 15 Majapahit sudah memiliki hubungan internasional yang bagus.
“Hubungan dagang itu kan ada kaitannya dengan cina. Abad ke 15 hubungan Majapahit secara internasional sudah baik. Kenyataannya banyak ditemukan (koin) seperti itu. Mereka menggunakan itu karena efesien dan mungkin mudah dibawa,” pungkas Vidi.
Seperti diketahui, ekskavasi tahap 5 Candi Tribhuwana Tunggadewi dan situs Klinterejo telah berlangsung sejak 24 Oktober 2022. Luasan lahan penggalian sekitar 1.500 meter persegi.
Penggalian arkeologi kali ini untuk mengungkap tata ruang sekaligus menemukan komponen candi yang dibangun pada masa Raja Hayam Wuruk tersebut. Sekaligus mengukap hubungan antara situs Klinterejo dengan Situs Tribhuwana Tungga dewi.
Kedua situs ini terletak di tengah sawah Desa Klinterejo, Sooko, Kabupaten Mojokerto. Yaitu di lahan yang menjadi aset pemerintah desa setempat. Oleh sebab itu, sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi dimanfaatkan masyarakat untuk lapangan sepakbola, balai tani dan jalan.
Ada 4 titik lokasi ekskavasi. Yaitu di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi, di bagian timur lapangan sepakbola atau sebelah barat candi, di sebelah utara balai tani atau sebelah barat lapangan sepakbola, serta di sebelah barat balai tani sekitar 300 meter dari candi. (cw)