Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wali Kota Mojokerto Ika Pusptasari dan jajaran Forkopimda setempat mengikuti Tabligh Akbar peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Jami', Alun-Alun Kota Mojokerto, Kamis (6/4/2023) malam.

IM.com – Pemerintah Kota Mojokerto menggelar Tabligh Akbar memperingati Nuzulul Qur’an Ramadan 1444 H di sisi Barat Alun-Alun Kota Mojokerto, Kamis (6/4/2023) malam. Acara di Masjid Jami’ Kota Mojokerto terasa semakin spesial dengan kehadiran Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan da’i kondang asal Surabaya K.H. Imam Chambali, didampingi Abah Topan.

Tabligh Akbar digelar bertepatan malam ke-15 Ramadhan. Acara ini sekaligus untuk mempertingati Nuzulul Qur’an.

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari sebagai tuan rumah mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Sebab, masyarakat Kota Mojokerto juga telah merindukan sosok perempuan yang juga menjadi Ketua Umum PP Muslimat tersebut.

“Kami mohon kerawuhan ibu nanti bisa memberikan penguatan kepada kami semua warga Kota Mojokerto yang malam hari ini telah dengan khidmat, menanti, menunggu, gubernur yang sangat dicintai masyarakat, Khofifah Indar Parawansa, untuk hadir secara langsung,” ujar wali kota yang akrab disapa Ning Ita ini.

Kehadiran Gubernur Khofifah Indar Parawansa memang membuat masyarakat yang mengikuti acara Tabligh Akbar kian bersemangat. Sebab, perempuan yang dikenal dekat dengan masyarakat bawah itu terus mengajak segenap jamaah untuk bersholawat bersama.

Monggo sedanten maos sholawat (Silahkan semua hadirin membaca sholawat, red),” seru Khofifah.

Mendengar seruan tersebut, gema suara jamaah melantunkan sholawat pun langsung terdengar kompak dan beriringan. Bahkan suasana semakin syahdu dengan dinyalakannya lampu flash handphone para jamaah sembari bershalawat.

Usai melantunkan Sholawat Nabi bersama, Khofifah menceritakan perjalanan selama Safari Ramadan 1444 H. Pada Bulan Puasa tahun ini, mantan Menteri Sosial RI itu lebih memilih mengunjungi masjid-masjid yang memiliki tonggak sejarah dakwah kuat di Jawa Timur.

Dari perjalanan tersebut, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, betapa toleransi dan kerukunan di tengah masyarakat sejatinya telah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Budah dan awal persebaran Islam di Jawa. Kisah ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama.

“Kerukunan ini saya mohon dijaga. Kerukunan ini akan menjadi bagian dari kekuatan membentuk persatuan, kesatuan, dan persaudaraan di antara semua,” tegas orang nomor satu di Jawa Timur itu. (adv/im)

152

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini