Ikfina optimistis jika Tari Bedoyo Putri Mojosakti ini dapat menjadi tarian khas Kabupaten Mojokerto yang sebanding dengan Tari Gandrung dari Banyuwangi.
“Kita berharap dan punya mimpi kalau Banyuwangi punya Tari Gandrung dan kita punya Tari Bedoyo Putri Mojosakti. Yang tadi sudah diapresiasi rekor MURI dan dunia karena merupakan karya asli dari Kabupaten Mojokerto,” ungkapnya.
Ikfina juga membeberkan filosofi tarian Bedoyo Putri Mojosakti ini. Menurutnya, tarian ini melambangkan sosok perempuan yang memiliki peran ganda yakni peran domestik maupun peran untuk bangsa dan masyarakatnya.
Selain itu, Tari Bedoyo Putri Mojosakti ini diciptakan oleh guru tari asli Kabupaten Mojokerto, yakni guru tari yang berasal dari SMAN 1 Dawarblandong Mojokerto. Sehingga tidak diragukan lagi asal muasal kepemilikan dan keaslian tarian tersebut.
“Tentu ini menggambarkan putri-putri Majapahit pada saat itu di balik besarnya Kerajaan Majapahit. Melambangkan putri-putri Majapahit melaksanakan tugasnya sebagai perempuan. Tari Bedoyo Putri Mojosakti ini bisa ditampilkan saat penyambutan pada acara besar Kabupaten Mojokerto,” jelasnya.
Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto inipun berencana dalam waktu dekat menggelar event serupa dengan melibatkan lebih banyak penari.
“Kita akan kembali menarikan Tari Bedoyo Putri Mojosakti ini dengan minimal penari sejumlah 1.000 orang,”tegasnya.
Ikfina menambahkan, Rangkaian MajaFest 2023 Tari Bedoyo Putri Mojosakti tidak hanya melestarikan seni budaya, namun juga diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Tentu juga yang kita inginkan dari event ini, yaitu menjadi bagian dari mendongkrak kebangkitan kita semuanya di semua bidang. Tidak hanya bidang seni budaya, tetapi khususnya juga bidang ekonomi,” pungkasnya. (im)